By James Suggett – Venezuelanalysis.com
18 Maret 2008
Mérida, March 18, 2008 (venezuelanalysis.com)- Hakim Inggris Paul Walker mengumumkan dalam ruang pengadilan di London hari ini bahwa pembekuan aset perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA, sejumlah $12 milyar harus dicabut. Keputusan ini adalah kekalahan telak bagi perusahaan minyak terbesar di dunia, ExxonMobil, yang pada 7 Februari secara sementara membekukan asetnya dalam perseteruannya dengan PDVSA mengenai nasionalisasi saham Exxon dalam proyek Sabuk Sungai Orinoco Venezuela yang dikenal sebagai Cerro Negro.
“Kami dapat katakan bahwa kami telah memenangkan satu lagi pertempuran, satu lagi kemenangan bagi rakyat kami, bagi pemerintah kami, dan yang paling penting adalah satu lagi kemenangan bagi negeri kami,” seperti dinyatakan oleh Menteri Minyak dan Petroleum Rafael Ramirez berhubung keputusan itu.
Duta Besar Venezuela di London, Samuel Moncada, menyebut keputusan itu sebagai “awal dari keakhiran pelecehan ExxonMobil terhadap Venezuela.” Moncada juga mengatakan bahwa negerinya “gembira” bahwa pengadilan Inggris “menolak dijadikan alat Exxon dalam memaksakan dirinya di ajang internasional melawan Venezuela.”
“Yang terpenting bagi negeri kami adalah kampanye, serangan berupa kebohongan dan kekacauan [yang mana] mereka coba tanamkan kecemasan di negeri kami dan mereka coba katakan bahwa industri nasional kami rusak, itu semua digugurkan, karena itu semua bohong… itu adalah bagian dari, sekali lagi, manipulasi yang mereka ciptakan terhadap rakyat kami,” kata Ramirez dalam wawancara dengan stasiun televisi pemerintah Venezuela, VTV.
Pengacara Exxon Catherine Otton-Goulder, menolak mengomentari keputusan tersebut.
Hakim Walker, yang menunda keputusan dua kali sejak kasus yang berlangsung selama seminggu ini dimulai pada 28 Februari, akan memberikan penjelasan penuh tentang keputusannya dalam hari-hari berikut.
PDVSA berargumen bahwa pengadilan London tak memiliki yurisdiksi hukum terhadap aset perusahaan asing nasional yang tidak beroperasi di Inggris Raya. Exxon berargumen sebaliknya dan pada bulan Februari telah memenangkan keputusan pengadilan di New York yang membekukan aset PDVSA sebesar $315 juta.
Sebagai hasil keputusan ini, Exxon diharuskan membayar biaya pengadilan PDVSA, yang menurutnya mencapai $766.000. Dan juga, PDVSA akan menuntut kompensasi terhadap kerugian lainnya, seperti devaluasi surat-surat hutangnya (bonds), peningkatan biaya pinjaman, dan ketakmampuannya berinvestasi dalam kilang-kilang pada masa pembekuan, demikian menurut pengacara PDVSA George Pollack.
Sementara, PDVSA akan mendapatkan kembali kendali penuh atas aset-asetnya di Inggris Raya, tapi pembekuan asset yang dilakukan Exxon di Antilles Belanda, Belanda, dan New York untuk sementara tidak berubah.
“Saya pikir semua rakyat Venezuela dapat berbangga,” kata Ramirez, menjanjikan bahwa pemerintahnya akan terus membela “prinsip dan kedaulatan” bangsa dari agresi asing.
Ia juga menjamin bahwa PDVSA akan berupaya segala cara untuk membersihkan citra Venezuela di awal aksi-aksi Exxon. Ramirez menyebut upaya-upaya Exxon sebagai “terorisme yudisial” pada bulan Februari karena dilancarkan di luar proses arbitrase yang sedang berjalan di Pusat Internasional untuk Penyelesaian Perseteruan Investasi (ICSID) dan bermaksud menghancurkan reputasi dan kredibilitas PDVSA walaupun Exxon ditawarkan kompensasi (indemnity).
“Kami telah mengalahkan ExxonMobil,” ujar Ramirez dengan gembira, sambil menambahkan bahwa “keputusannya 100% menguntungkan Venezuela, tuduhan-tuduhan Exxon digugurkan,” tapi, katanya, ia akan menunggu hingga hakim menjelaskan sepenuhnya keputusannya sebelum memberikan komentar lebih jauh, demikian reportase berita ABN.
Kini, ExxonMobil dan PDVSA akan kembali pada proses arbitrase ICSID yang telah ditinggalkan, jelas Ramirez.
Menyusul nasionalisasi cadangan minyak Sabuk Sungai Orinoco pada bulan Mei 2007, pemerintah Venezuela mengharuskan negara memegang setidaknya 60% saham dalam proyek perminyakan. Negara menasionalisasi saham beberapa perusahaan, termasuk perusahaan Italia ENI, yang mana dicapai kesepakatan kompensasi $700 juta pada bulan lalu.
Exxon, namun demikian, menolak tawaran kompensasi Venezuela sebesar $750 juta untuk 41,6% saham dalam proyek “Cerro Negro”. Tawaran didasarkan pada nilai saham Exxon menurut catatan PDVSA di saat nasionalisasi, demikian klaim PDVSA, tapi Exxon menghendaki proyeksi profit dari proyek itu dan menuntut arbitrase.
Kompensasi maksimum yang diupayakan Exxon dalam negosiasinya adalah $5 milyar sebelum melancarkan pembekuan aset sebesar $12 milyar, demikian menurut pengumuman Ramirez kepada Majelis Nasional Venezuela bulan Februari. Perbedaan dalam klaim kompensasi menciptakan tuduhan bahwa upaya Exxon merupakan bagian dari “perang ekonomi” melawan Venezuela.
Sejak nasionalisasi, partisipasi negara dalam Sabuk Sungai Orinoco meningkat dari 39% menjadi 78%, dan Venezuela tetap menjadi penghasil minyak mentah terbesar di Amerika Latin, dengan hampir setengah minyaknya diekspor ke Amerika Serikat.
Tak ada tanda bahwa penghentian hubungan bisnis antara Venezuela dan ExxonMobil pada 12 Februari akan dirubah, walaupun PDVSA akan menghormati kontraknya pada kilang Chalmette yang dimilikinya bersama dengan Exxon.
PDVSA dan Mobil menjadi mitra bisnis pada 1997, sebelum Mobil diambil-alih oleh Exxon. Dalam periode 1990an, dikenal sebagai era “Pembukaan Petroleum”, nasionalisasi minyak Venezuela yang dilakukan pada 1976 secara perlahan melemah dan PDVSA diberikan otonomi, mentransformasi perusahaan tersebut menjadi apa yang oleh Ramirez dikatakan sebagai “Kuda Troyan” modal internasional.
Secara kontras, administrasi Presiden Hugo Chavez menggalakkan apa yang disebutnya sebagai “kedaulatan petroleum.” Selain menasionalisasi proyek-proyek produksi minyak yang dikuasai asing, kebijakan ini menyertakan penyaluran $30 milyar keuntungan minyak PDVSA ke Dana Pengembangan Nasional Venezuela (FONDEN) antara 2004 dan 2007. Dana ini antara lain diinvestasikan ke dalam proyek-proyek infrastruktur, perluasan sistem perawatan kesehatan Barrio Adentro, pembersihan lingkungan, dan pendidikan.