Written by Jesus S. Anam*
“Proletariat tidak dapat menggulingkan borjuasi tanpa terlebih dulu merebut kekuasaan politik.” (Lenin, Negara dan Revolusi)
Lukisan besar Revolusi Bolivarian saat ini sedang terpampang di koridor utama sebuah galeri revolusi. Lukisan itu telah memberi ketegasan makna di tengah garis yang kusut dan muram dari sejarah. Ini hasil pertapaan panjang kaum proletar dalam mencari kemurnian—mencari gambaran yang lebih menggembirakan tentang kehidupan manusia.
Revolusi Bolivarian tidak boleh ragu: semangat revolusioner, kebulatan tekad dan seluruh gelora tidak boleh lelah. Ongkos revolusi memang besar, tetapi bukankah setiap revolusi perlu pengorbanan?
Revolusi Bolivarian memang masih harus menemui banyak malam. Ia belum tuntas. Masih banyak persoalan yang belum selesai. Kekuatan kontra-revolusi terus berusaha menggagalkannya. Kampanye yang penuh kebohongan dan informasi yang keliru tentang Venezuela kerap kali menghiasi halaman-halaman berbagai media imperialis untuk santapan publik internasional. Mereka melukiskannya di kanvas kotor dengan bercak-bercak hitam yang menyakitkan. Mereka menciptakan perspektif yang terbalik dari kenyataan yang sesungguhnya. Memberikan bacaan yang salah tentang Venezuela: ada sebuah “rezim” otoriter disana!
Menanggapi hal itu, Alan Woods, editor In Defence of Marxism, mengeluarkan sebuah seruan untuk membela revolusi Bolivarian, untuk menentang intervensi Amerika di Venezuela dan untuk memastikan bahwa serikat buruh dan gerakan buruh di seluruh dunia dapat memperoleh informasi yang benar mengenai apa yang sebenarnya terjadi di Venezuela (baca HANDS OFF VENEZUELA! An appeal to the international Labour Movement )
Seruan ini dengan segera didukung oleh Jeremy Dear (sekretaris jendral British National Union of Journalists) dan sejumlah pemimpin-pemimpin penting serikat buruh di Inggris lainnya. Kampanye ini dengan cepat menyebar ke negara-negara lain di Eropa, Amerika Utara, Asia, dan Afrika (lihat signatures page). Sekarang, kampanye ini memiliki pendukung di lebih dari 30 negara di dunia.
Tanpa mengenal lelah, kami telah mengorganisir aktivitas-aktivitas solidaritas dengan revolusi Bolivarian melalui pertemuan-pertemuan publik, penayangan-penayangan film dokumenter, mengangkat isu ini di dalam gerakan serikat buruh di negara-negara lain, mengorganisir tur-tur untuk pembicara, mendorong resolusi-resolusi di parlemen, dan mengirim delegasi solidaritas ke Venezuela.
Aktivitas kampanye ini telah diakui oleh president Chavez sendiri (baca Chavez backs Hands Off Venezuela campaign) dan wakil-wakil dari Hands Off Venezuela tampil secara menyolok di Pertemuan Sedunia Untuk Solidaritas Dengan Revolusi kedua pada bulan April 2004.
Prinsip-prinsip dasar kampanye Hands Off Venezuela adalah:
- Pertama, membangun solidaritas dengan Revolusi Bolivarian
- Kedua, menentang intervensi imperialis di Venezuela
- Ketiga, menjalin hubungan hubungan dengan gerakan revolusioner dan gerakan serikat buruh di Venezuela.
Hari ini, tanggal 2 Februari 2008, Hands Off Venezuela – Indonesia mengundang beberapa organ kiri revolusioner Indonesia untuk bersama-sama membahas dan terlibat dalam kampanye HOV sebagai usaha mengkonter kampanye anti-Chavez oleh media-media imperialis. Organ-organ kiri revolusioner yang sudah siap terlibat dalam kampanye adalah Rumah Kiri (Media Progresif Kaum Kiri), Perhimpunan Rakyat Pekerja, SERIAL, Resist Book, SMI, KPRM – PRD, Ultimus Bandung, dan beberapa organ kampus revolusioner.
Akhirnya, bagi organ-organ kiri revolusioner Indonesia, tidak ada alasan untuk menolak atau tidak terlibat dalam kampanye HOV mengengingat Venezuela dengan revolusi Bolivariannya adalah wahana belajar bagi kaum kiri dimanapun, termasuk di Indonesia. Kegagalan Revolusi Bolivarian bisa menjadi goresan hitam dan memberi warna yang suram bagi perjuangan revolusioner dimanapun, dan semakin memberi keleluasaan bagi kekuatan borjuis untuk menggencet gerak dari perjuangan rakyat.
Salam Pembebasan!
____________________
*Koordinator Hands Off Venezuela – Indonesia
Revolusi Venezuela cukup inspiratif. Sebenarnya kita bisa belajar dari Venezuela bagaimana masyarakat grassroot mengorganisir diri.