Jesus SA
“Kelompok oposisi telah menguasai dua kota terbesar Venezuela, termasuk Caracas, ibukota Negara. Mereka juga menang di 5 dari 22 propinsi, termasuk daerah terkaya dan paling banyak penduduknya. Sebuah hasil yang menandakan bahwa kelompok oposisi akan menguasai lebih dari setengah penduduk Venezuela.” Demikianlah berita tentang pemilihan kepala daerah di Venezuela yang diturunkan oleh The New York Time tanggal 24 November 2008.
Hasil pemilihan kepala daerah 23 November lalu, sebenarnya, dari perolehan jumlah suara, lebih baik dibanding referendum reformasi konstitusional bulan Disember tahun lalu. Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV) telah memenangkan sekitar 80% dari seluruh dewan local dan 17 dari 22 propinsi yang sedang mengadakan pemilihan. Tapi media-media kapitalis melakukan propaganda terus menerus bahwa Chavez telah kehilangan banyak massa. Bahkan, The New York Time, salah satu media kapitalis, lebih lanjut mengatakan bahwa anjloknya harga minyak jelas-jelas telah mengurangi kemampuannya untuk mengambil rasa simpati dari rakyat.
Fakta yang sebenarnya, dari catatan jumlah suara, PSUV dan para kandidat Bolivarian, dalam pemilihan gubernur, mengantongi 5.5 juta suara atau sekitar 58%, sedangkan kandidat dari oposisi hanya memperoleh 4 juta suara atau sekitar 41%. Artinya, hasil ini jika dibandingkan dengan hasil perolehan suara pada referendum reformasi konstitusional tahun lalu, kekuatan revolusioner meningkat 1.1 juta suara, sedangkan kelompok oposisi merosot hampir setengah juta suara. Kemenangan PSUV, dengan 5.5 suara, juga jauh melebihi pesaingnya yang lain, New Time Party (UNT), yang hanya memperoleh 1 juta suara.
Melalui kemenangan ini, adalah saat yang tepat untuk meng-counter kebohongan dan propaganda media-media kapitalis yang hari ini berteriak bahwa Venezuela sedang menyuarakan perlawanan terhadap Chavez. Selain itu, lewat pemilihan 23 November lalu, juga merupakan peringatan bahwa kekuatan oposisi bisa mengancam revolusi dengan propagandanya yang terus menerus. Oposisi sayap kanan yang disokong oleh Amerika Serikat saat ini sedang merayakan kemenangannya atas Zulia, carabobo, dan Miranda, sebagai negarabagian paling besar, juga kemenangan atas Caracas, ibukota negara.
Menyikapi fakta di atas, dalam konteks politik baru, PSUV harus mengembangkan strategi, dan secara langsung menghadang aktivitas kup terencana di Miranda, Caracas, Zulia and daerah-daerah lain, yang hanya bisa dilakukan dengan perlawanan secara simultan terhadap kekuatan sayap kanan.
Hal lain lagi, sebagai refleksi, dinamika dalam PSUV masih menjadi problem. Perlu ada transformasi dalam PSUV untuk menjadi partai yang benar-benar revolusioner. PSUV tidak bisa berlanjut jika hanya menjadi mesin pemilihan dengan basis massa yang tidak teratur dengan dasar politik yang masih minim.
Sebuah partai bisa menunjukkan bahwa dirinya bisa menjadi partai yang besar hanya dengan melibatkan partisipasi kaum buruh dan rakyat yang tertindas, sebagai basis revolusi. Terkait dengan hal ini, PSUV belum maksimal merekrut massa dari gerakan buruh, sebagaimana dikatakan oleh Stalin Perez Borges, koordinator Serikat Nasional Buruh (UNT), saat berbicara mengenai PSUV: “The fact is the party has taken little account of its trade union movement.”
Hasil pemilihan kepala daerah di Venezuela, meskipun cukup memuaskan, tetapi perlu peningkatan kualitas dari para kader pro-revolusi yang berada di sebuah partai sosialis, PSUV. Para kader harus merasakan bahwa PSUV adalah partai mereka, bukan partainya para pemimpin mereka.