Pertemuan Luar Biasa ALBA

HOV Indonesia

Istana Presiden Miraflores, Caracas – Pada hari Rabu pagi, tanggal 26 November 2008, wakil-wakil dari negara-negara anggota ALBA (America Latina Bolivarian Alternative; Alternatif Bolivarian untuk Amerika Latin) tiba di Istana Presisden Miraflores untuk menghadiri Pertemuan Luar Biasa ALBA yang diprakarsai oleh Presiden Venezuela Hugo Chavez guna bertukar gagasan dan membuat suatu usulan dalam rangka menyikapi krisis keuangan global.

Pertemuan ini dihadiri oleh Presiden Venezuela Hugo Chavez dan kawan karibnya dari Bolivia Evo Morales, Nicaragua Daniel Ortega, Honduras Manuel Zelaya, Dominica Roosevelt Skerrit, Kuba Ricardo Cabrisas, dan Presiden Ecuador, sebagai tamu, Rafael Correa.

Presiden Chavez telah mengumumkan pertemuan tingkat tinggi ini pada hari Jumat tanggal 14 November lalu. Chavez mengatakan bahwa ia bersama kabinetnya sedang bekerja keras dan mendiskusikan berbagai persoalan dengan para kepala daerah (negarabagian) guna mencari solusi dan mengambil langkah-langkah preventif untuk menghadapi krisis keuangan dunia.

Selanjutnya, Chavez menekankan bahwa solusi atas krisis global ini tidak akan datang dari pasar bebas, tetapi dari jalan alternatif lain.

ALBA adalah proposal integrasi yang diprakarsai oleh Venezuela dan Kuba dan dibentuk pada tanggal 14 Disember 2004 di Havana, Kuba. ALBA adalah sebuah kelompok yang diintegrasi dengan tujuan-tujuan sosial dan membangun masa depan Amerika Latin yang sejahtera sebagai kekuatan yang mampu menjalankan model perekonomian sendiri di tengan dunia yang mengglobal melalui strategi ekonomi alternatif (Jesus).

_________________________________________________

Presidential Press Office / November 26, 2008


Venezuela: Neraca Pertama dari Pemilu

By Patrick Larsen in Venezuela

Wednesday, 26 November 2008

Lewat tengah malam pada tanggal 24 November, Komisi Pemilihan Umum (CNE) Venezuela mengumumkan hasil awal pemilu untuk walikota lokal dan gubernur negara bagian (Pilkada). Dari hasil pemilihan ini, muncul gambaran bahwa kekuatan revolusi kalah dalam Pilkada di beberapa negara bagian yang strategis. Bagaimanpun juga, sangat penting untuk dicatat bahwa 5,6 juta orang memilih PSUV. Ini merupakan peningkatan sebesar lebih dari satu juta pemilih dibandingkan pada hasil referendum konstitusi pada bulan Desember 2007. Di sisi lain, hanya sekitar 4 juta pemilih yang memilih kandidat-kandidat oposisi. Ini berarti oposisi sayap kanan kehilangan lebih dari 300.000 suara. Ini menggambarkan perimbangan kekuatan yang sebenarnya.

Walaupun PSUV (Partai Persatuan Sosialis Venezuela) menang di 17 negara bagian, pihak oposisi menang di 5 negara bagian (satu negara bagian tidak memilih gubernur pada Pilkada ini). Di Pilkada sebelumnya (2004), pihak oposisi hanya dapat memenangkan dua kegubernuran – di negara bagian Zulia dan Nueva Esparta. Sekarang pihak oposisi mampu memenangkan juga negara bagian Miranda, Carabobo, Tachira dan yang paling penting adalah Alcaldia ibukota Caracas (dewan kota Caracas). Untuk sementara, hasil final untuk Carabobo dan Tachira belum diumumkan, penghitungan awal menyebutkan bahwa disana pihak oposisi sudah mendapatkan suara mayoritas.

Harus ditekankan bahwa meskipun PSUV memenangkan kembali tiga negara bagian (Sucre, Aragua dan Guarico) dari gubernur yang menjadi bagian dari PODEMOS dan telah mengkhianati revolusi, ini tidak dapat memperbaiki kekalahan pada negara-negara bagian penting tersebut di atas. Terutama kekalahan krusial di Alcaldia ibukota Caracas merupakan suatu kemunduran dan pihak oposisi akan menggunakannya sebagai basis dukungan mereka.

Pentingnya Pilkada ini

Pilkada ini bukanlah Pilkada “biasa”. Semua orang memahami bahwa pilkada ini akan memiliki sebuah pengaruh yang menentukan bagi masa depan revolusi secara keseluruhan. Sejak awal kaum borjuasi internasional memahami ini dengan baik. Seperti yang dikatakan koran sayap kanan Spanyol ABC; “Chavez menghadapi pemilu dimana ‘masa depan Revolusi Bolivarian’ dipertaruhkan.” Media yang lain berupaya untuk menggambarkan situasi penuh kekacauan dan ketidakpastian, membelokkan dan melebih-lebihkan pernyataan Chavez sebelumnya. Ini merupakan perilaku khas pers borjuis yang bermaksud untuk mendiskreditkan pemerintahan Bolivarian dan menyiapkan kejatuhannya di masa depan.

Seperti yang telah kami laporkan sebelumnya bahwa ancaman kudeta militer masih tetap ada. Beberapa bulan yang lalu, berbagai macam konspirasi yang melibatkan pejabat tinggi militer dalam angkatan bersenjata ditemukan oleh otoritas Venezuela. Dalam hal ini, CIPC, sebuah badan intelejen khusus, menyatakan bahwa terdapat 6 negara bagian yang berbahaya yaitu Tujilo, Lara, Portuguesa, Zulia, Bolivar dan Carbobo, dimana intelejen mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan bahwa pihak oposisi akan mencoba mengganggu proses Pilkada dengan kerusuhan. Selama hari pemilihan sendiri, 88 orang telah ditangkap karena membawa senjata secara ilegal atau mengganggu proses pemilu dengan berbagai cara.

Meskipun begitu, terdapat partisipasi yang tinggi. Sekitar 65% pemilih ikut Pilkada dibandingkan dengan hanya 45% pemilih di Pilkada 2004. Pos-pos pemilihan tetap buka berjam-jam melebihi waktu penutupan resmi, karena ratusan orang masih antri untuk memberikan suara (sesuatu yang dianggap oleh kaum oposisi ‘tidak demokratis’).
Akar Penyebab dari Kemunduran ini

Tidak diragukan lagi bahwa para birokrat di dalam gerakan Bolivarian akan menyalahkan rakyat atas kemunduran ini. Mereka akan mengatakan: “Ini menunjukkan rendahnya kesadaran rakyat, rakyat belum siap untuk sosialisme. Maka kita harus menunggu dan menunda pembangunan Sosialisme”. Akan muncul sebuah kampanye yang kuat untuk mendukung garis “moderat” dan tekanan yang kuat akan diarahkan kepada Chavez untuk mengadopsi garis ini. Kampanye ini akan merupakan sebuah pengulangan dari kampanye yang serupa setelah kesalahan dalam referendum konstitusi pada Desember 2007 lalu -tetapi pada skala yang lebih tinggi.

Namun, terdapat sisi yang lain dari situasi ini. Kesimpulan yang diambil oleh banyak lapisan yang lebih maju pada bulan Desember 2007 adalah bahwa kekalahan referendum konstitusi disebabkan justru oleh kebijakan ini (yakni, kebijakan yang moderat). Mereka mulai memberontak terhadap apa yang mereka lihat sebagai kolom kelima (kaum birokrat dan reformis di dalam revolusi) di dalam gerakan Bolivarian. Ini terekspresikan di dalam kontradiksi yang tajam dalam kongres nasional PSUV pada bulan Februari dan juga pada kongres pemuda PSUV pada bulan September.

Hilangnya berbagai negara bagian sebenarnya adalah kelanjutan dari proses kemunduran akibat referendum konstitusi pada Desember 2007. Tidak sulit bagi kita untuk melihat alasannya. Setelah 10 tahun revolusi dan mobilisasi permanen, sebagian massa lelah karena kurangnya perubahan mendasar dalam masyarakat. Meskipun kemajuan telah dibuat di dalam program-program sosial, missiones dan pelayanan kesehatan mission barrio adentro, masalah mendasar (perumahan, pekerjaan dan harga barang) tetap belum terselesaikan. Sekarang, akibat sabotase dari para pemilik modal, sebagian besar daerah di Venezuela kekurangan suplai makanan, termasuk beberapa produk dasar seperti kopi, gula dan kacang.

Harga makanan di Caracas melonjak sampai hampir 50% selama setahun terakhir. Demikian juga tingkat kejahatan yang mencapai rekor tingkat kematian per kapita. Mantan walikota dari kota Alcaldia, Juan Baretto (anggota PSUV), memulai dengan pengambilalihan perumahan, akan tetapi kemudian mengambil langkah mundur dan terbukti tidak dapat menyelesaikan permasalahan perumahan bagi kaum miskin perkotaan.

Permasalahan serupa juga terdapat di Miranda. Ini dibuat lebih buruk dengan kenyataan bahwa kandidat PSUV adalah Diosdado Cabello, seorang pengusaha dan pemimpin yang lugas dari “kaum endogenus kanan”, sayap kanan di PSUV. Seperti di banyak tempat lain, ini jelas-jelas mengusir banyak pendukung setia.

Isu korupsi juga penting di Carabobo, dimana mantan gubernur “Bolivarian” (Acosta Carles, seorang pejabat militer) telah ditunjukkan keterlibatannya dalam berbagai macam bisnis gelap dengan menggunakan posisinya. Dia dikeluarkan dari PSUV dan digantikan oleh Mario Silva, seorang presenter TV populer. Namun, Acosta Carles ikut Pilkada melawan kandidat PSUV dan mampu memenangkan cukup suara untuk memasukkan kandidat sayap kanan.

Ini hanya beberapa contoh saja. Mereka menunjukkan bahwa alasan utama dari kekalahan ini adalah kebijakan reformis, bukan kebijakan radikal. Reformisme sudah membuktikan ketidakberdayaannya dalam menyelesaikan permasalahan mendesak bagi rakyat. Terutama sekarang ketika harga minyak jatuh secara drastis dan akan mengurangi jumlah anggaran yang tersedia untuk program-program sosial.
Perspektif

Tidak diragukan lagi bahwa kemunduran di dalam pemilu ini akan digunakan oleh sayap kanan dan kontra-revolusioner dalam kampanye mereka untuk menggulingkan Chavez dan menghentikan revolusi. Mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan; yakni menguasai beberapa negara bagian yang strategis. Dari sini mereka akan menyebarkan kampanye untuk membangun ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan mengkritik secara lebih terbuka dan lebih radikal. Mereka akan menggunakan hasil yang mereka dapatkan saat ini untuk memobilisasi para pendukung mereka dan mendorong para pendukungnya secara aktif untuk menggulingkan Chavez. Mereka akan mendapatkan dukungan dari media borjuis internasional yang telah menyebarkan berita mengenai melemahnya dan terdiskreditnya Chavez.

Kaum oposisi mungkin akan melakukan kampanye pengumpulan tanda tangan untuk referendum pemanggilan kembali (recall atau pencabutan mandat – Penerjemah) seperti yang mereka lakukan pada tahun 2004, dimana hal ini diperbolehkan di dalam konstitusi Venezuela. Tetapi kali ini mungkin mereka akan lebih percaya diri terhadap kekuatan mereka dan menggunakan metode legal dan ilegal untuk mencapai tujuan mereka.

Di sisi lain, rakyat tidak akan pasif. Kekecewaan atas hilangnya beberapa posisi strategis akan berubah menjadi kemarahan. Rakyat akan meletakkan tanggung jawab atas kekalahan ini pada birokrasi yang tidak dapat diandalkan dan pemimpin yang pengecut di sekitar Chavez.

Selama masa kampanye, tanpa mengenal lelah Chavez melakukan perjalanan dari satu negara bagian ke negara bagian lain, bahkan mengunjungi beberapa negara bagian sebanyak dua kali. Dimana-mana dia berupaya maksimal di dalam kampanye ini. Tapi para kandidat PSUV di banyak tempat justru membuat moderat isi politik dari kampanye ini dan upaya mereka tidak sampai setengah dari upaya Chavez. Bahkan pada malam hari pemilihan, kandidat-kandidat dari PSUV memberikan konferensi pers yang payah, yang kemudian dilampaui oleh Chavez sendiri yang segera memberikan konfrensi pers tanpa pemberitahuan.

Hal ini akan mengakibatkan dampak besar di dalam PSUV, di dalam sayap Pemuda PSUV dan gerakan serikat buruh. Organisasi-organisasi ini akan tergoncang dari atas kebawah. Dimulai dari lapisan vanguard yang paling maju, rakyat akan mengambil kesimpulan. Mereka akan melihat bahwa revolusi benar-benar dalam bahaya. Mereka akan menggerakkan semua kekuatan yang mereka miliki untuk menyelamatkan revolusi – tapi kali ini perjuangannya juga akan melawan musuh internal di dalam revolusi; yakni kolom kelima dari birokrat yang berada di dalam gerakan revolusioner.

Perimbangan Kekuatan

Pilkada ini menunjukkan sebuah polarisasi yang mendalam di dalam masyarakat Venezuela, Ya. Tetapi ini bukanlah berarti akhir dari revolusi. Seperti yang disebutkan diatas, mayoritas besar rakyat masih mendukung revolusi dan ide sosialisme dan siap untuk maju. Bahkan pada hari pilkada, dimanapun kaum oposisi mencoba membuat kerusuhan, masyarakat meresponnya dengan turun ke jalan-jalan dan mendorong mereka keluar. Ini adalah waktu yang menentukan. Pada akhirnya, sebuah revolusi tidak diputuskan di dalam parlemen atau pada pemilu. Sebuah Revolusi ditentukan oleh perjuangan kelas, di pabrik-pabrik, di universitas-universitas dan di jalan-jalan.

Situasi sekarang ini masih mendukung bagi revolusi. Chavez telah mendapatkan dukungan dari sebagian besar penduduk. Ia memiliki mayoritas di dalam majelis nasional. Yang terpenting, ide sosialisme telah menjadi inspirasi bagi jutaan pekerja, petani, pemuda, perempuan dan kaum miskin perkotaan. Bahkan, semua kondisi telah matang untuk melancarkan serangan yang dapat meniadakan kapitalisme dan mulai membangun sosialisme.

Sebanyak 5,6 juta orang yang memilih PSUV memilih sosialisme. Tetapi setelah 10 tahun revolusi, tidak hanya cukup berbicara sosialisme. Sosialisme harus dibuktikan dalam tindakan, jika tidak ini hanya akan menjadi mimpi. Revolusi harus mengambil posisi ofensif!

Slogan kami adalah:

Tidak ada konsesi bagi sayap kanan !

Laksanakan keinginan mayoritas – Laksanakan Sosialisme !

Nasionalisasi tanah, Pabrik-pabrik dan Bank-bank !

Pekerja berkuasa di semua pabrik !

Persenjatai rakyat !

Maju Menuju Revolusi Sosialis !

Kemenangan PSUV di Pemilu Regional Venezuela: Kemenangan bagi Revolusi Bolivarian dan Sosialisme

Jesus S. Anam – HOV Indonesia

Hasil dari pemilihan gubernur negara bagian dan walikota di Venezuela yang diadakan pada tanggal 23 November 2008, telah menunjukkan keseriusan rakyat dalam membela revolusi Bolivarian.

Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV), yang dibentuk enam bulan lalu dengan Chavez sebagai presidennya, telah memenangkan 17 dari 22 negarabagian yang sedang mengadakan pemilihan. Kelompok oposisi yang disokong oleh Amerika Serikat hanya memenangkan 5 negarabagian dengan perolehan suara sekitar 4 juta suara, selisih dengan suara untuk para kandidat dari PSUV yang memperoleh sekitar 5.5 juta suara.

Hasil pemilihan ini juga merupakan kemenangan bagi demokrasi di Venezuela. Para pemilih yang hadir saat ini adalah yang terbesar dalam pemilu wilayah, yakni sekitar 65.45% dari seluruh jumlah pemilih.

Secara keseluruhan, pemilihan wilayah yang diadakan tanggal 23 November kemarin adalah kemenangan bagi PSUV, kemenangan bagi revolusi Bolivarian dan sosialisme. Jumlah pemilih dari rakyat yang pro revolusi meningkat sekitar 1.3 suara dari referendum reformasi Konstitusional bulan Desember 2007 lalu. Di sini terjadi perbandingan yang menyolok dari jumlah suara kontra-revolusi yang menurun sekitar 300.000 suara. Selain itu, kemenangan pro-revolusi juga ditunjukkan dengan memenangkan kembali tiga negarabagian ( Arugua, Guarico, dan Sucre), yang mana gubernur yang sedang menjabat, lebih dari 18 bulan terakhir, telah menyeberang ke pihak oposisi.

Meskipun kemenangan-kemenangan tersebut sudah terlihat jelas, namun pertarungan tajam masih menyelimuti rakyat Venezuela; perjuangan berat masih menghadang rakyat miskin untuk mempertahankan capaian-capaian revolusioner dan mewujudkan mimpi mereka tentang sosialisme baru di Venezuela. Pertahanan atas program-program sosialisme masih harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh oleh rakyat terkait dengan fakta bahwa kelompok oposisi, yang hanya memenangkan dua negarabagian pada tahun 2004 (Zulia dan Nueva Esparta, wilayah kaya minyak), sekarang memenangkan tiga negarabagian lagi (Miranda, Tachira, dan Carabobo). Kelompok oposisi juga memenangkan posisi walikota di daerah pemilihan kota besar Caracas dan sekarang mengontrol 4 dari 5 kotamadya yang ada di Caracas, mskipun kota yang paling luas dan paling miskin, Libertador, dimenangkan kembali oleh pro-revolusi.

Dari 17 pemilihan kepala daerah yang dimenangkan oleh PSUV, delapan daerah menang dengan tidak kurang dari 60% suara dan sebagian besar pemilihan daerah yang lain menang dengan lebih perolehan lebih unggul 10% dibanding rivalnya. Pada pemilihan kepala daerah di tingkat lokal, yang diadakan pada saat yang sama, suara untuk para kandidat Chavista masih tetap lebih unggul.

Meskipun banyak kesulitan-kesulitan dan kontradisksi-kontradiksi yang sedang menghadang revolusi, tetapi jelas bahwa mayoritas besar rakyat Venezuela menginginkan adanya proses pengambilalihan sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan ke tangan mayoritas rakyat miskin di hari-hari mendatang.

Berikut daftar kandidat jadi dan perolehan suara dari PSUV dan kelompok oposisi:

Kandidat PSUV

1. Tarek William Saab (Anzoategui, 55.05%; 305,279 suara)
2. Jesús Aguilarte (Apure, 56.44%; 79,152 suara)
3. Rafael Isea (Aragua, 58.57%; 379,272 suara)
4. Adán Chávez (Barinas, 50.00%; 137,732 suara)
5. Francisco Rangel Gómez (Bolivar, 46.99%; 201,386 suara)
6. Teodoro Bolivar (Cojedes, 52.31%; 68,167 suara)
7. Lizeta Hernández (Delta Amacuro, 55.61%; 36,372 suara)
8. Stella Lugo de Montilla (Falcon, 55.23%; 197,793 suara)
9. William Lara (Guarico, 52.30%; 141,798 suara)
10. Henri Falcon (Lara, 73.33%; 436,755 suara)
11. Marcos Díaz Orellana (Merida, 54.62%; 193,601 suara)
12. José Gregorio Briceño (Monagas, 64.77%; 199,451 suara)
13. Wilmar Castro (Portuguesa, 57.89%; 175,901 suara)
14. Enrique Maestre (Sucre, 56.40%; 196,287 suara)
15. Hugo Cabezas (Trujillo, 59.85%; 168,045 suara)
16. Jorge García Carneiro (Vargas, 61.29%; 83,531 suara)
17. Julio Leon (Yaracuy, 57.82%; 130,557 suara)

Kandidat oposisi

1. Antonio Ledezma (Caracas, 52.40%; 708,547 suara)
2. Enrique Salas Feo (Carabobo, 47.72%; 402,904 suara)
3. Morel Rodríguez (Nueva Esparta, 57.55%; 111,980 suara)
4. César Pérez Vivas (Tachira, 49.53%; 237,809 suara)
5. Pablo Pérez (Zulia, 53.59%; 756.138 suara)

_________________________________________

Tulisan ini diadaptasi dari www.venezuelasolidarity.org dan berbagai sumber

Kemenangan Bolivarian di 17 Pemilihan Gubernur

Presiden Venezuela Hugo Chavez mengakui perolehan kemenangan oleh partai-partai oposisi di beberapa negarabagian dan mendorong mereka untuk memiliki sikap demokratis dan tidak menyerang Pemerintah lagi.

Chavez menegaskan bahwa Bolivarian telah memenangkan di 17 pemilihan gubernur, sebuah fakta dimana telah digelar kembali peta jalan kaum merah. Dia mengatakan bahwa kemenangan-kemenangan ini merupakan “konstruksi dari sosialisme, dan kita harus membangunnya lebih sungguh.”

Pemimpin Bolivarian itu menyampaikan ucapan selamat kepada “para pemenang dari kelompok oposisi, dan berharap mereka tidak melakukan kesalahan fatal seperti kesalahan yang telah mereka buat pada tahun 2001, 2002, 2003, ketika Gubernur Miranda dan Gubernur Caracas, juga para gubernur lain dan para wali kota, menyerang rakyat, Republik, dan perdamaian dengan mengibarkan bendera fasisme.”

Presiden Hugo Chavez menyerukan untuk membangun demokrasi. “Saya, sebagai kepala pemerintahan; saya, sebagai presiden Partai Persatuan Sosialis Venezuela, bersama-sama dengan kamerad-kamerad saya, mengakui kemenangan kalian dan mendorong kalian untuk memiliki sikap yang demokratis. Saya berharap kalian bertekun diri untuk memahami rakyat, memerintah dengan transparansi, tulus hati dan respek terhadap Pemerintah Pusat, pemerintah kotamadya dan institusi-institusi negara yang lain. Jika kalian semua melakukan hal demikian, kalian pantas mendapat penghormatan; tetapi jika tidak, Konstitusi akan dijatuhkan di atas kalian.”

Presiden Chavez mengatakan bahwa ini saat yang tepat untuk mengatakan dan menegaskan hal ini karena mereka adalah “para gubernur dan walikota yang berpotensi untuk melakukan konspirasi dan membuka pintu terhadap intervensionisme asing; mereka juga berpotensi untuk merangkul pejabat-pejabat yang terlibat dalam kup militer dan paramiliter dari Kolimbia.”

“Kepada Gubernur baru Miranda, Zulia dan Nueva Esparta, saya, sebagai kepala negara, mengucapkan selamat atas kemenangan anda dan mengharapkan kepada anda untuk mengakui Kepala Pemerintahan, yakni Konstitusi dan rakyat,” tegas Chavez.

Demikian juga, “saya mengakui kemenangan Gubernur baru Caracas. Saya berharap dia tidak mengulang lagi jalan kup; saya berharap mereka bisa menunjukkan sikap respek terhadap rakyat dan patuh terhadap Konstitusi, dan memang demikianlah yang seharusnya kita lakukan.”

Presidential Press Office / November 24, 2008
__________________________________

Diterjemahkan dari Australia Venezuela Solidarity Network oleh HOV Indonesia


Venezuela dan Sekutu Amerika Selatannya Majukan Integrasi

James Suggett

Mérida, 1 Oktober 2008 (venezuelanalysis.com)

Presiden Venezuela, Ekuador, Bolivia dan Brasil bertemu di Manaus, Brasil, pada hari Selasa untuk memajukan integrasi ekonomi dan politik di benua Amerika Selatan. Mereka berdiskusi tentang rencana untuk mengembangkan infrastruktur, pembentukan bank-bank baru di antara bangsa-bangsa Selatan di Dunia, dan dampak krisis finansial dunia di negeri-negeri mereka. Venezuela dan Brasil menandatangani perjanjian untuk menggenjot produksi kacang kedelai dan memperbaiki perumahan rakyat berpendapatan-rendah di Venezuela.

“Dengan semakin tenggelamnya neo-liberalisme, kita harus memajukan integrasi dan persatuan,” kata Presiden Venezuela Hugo Chavez dalam sebuah konferensi pers di Manaus. “Pilihan satu-satunya bagi kita adalah untuk mempercepat langkah menuju arah yang telah kita tuju selama ini.”

Keempat presiden tersebut mengelaborasikan rencana untuk mengintegrasikan industri gas di penjuru benua tersebut dan mengacu pada kota Manaus sebagai “titik pusat” yang akan menghubungkan Caracas, Quito, dan La Paz.

Menurut Chavez, proposal sebelumnya untuk membangun pipa gas terpanjang di dunia yang menghubungkan Venezuela, Brasil, dan Argentina terbukti susah, sehingga para pemimpin tersebut mendiskusikan alternatifnya, seperti jalan raya dan jalur pengapalan lewat laut.

Para presiden tersebut juga menyepakati apa yang mereka sebut sebagai sebuah “formula” bagi sebuah Bank Selatan untuk mendanai pengembangan di penjuru benua itu dan kini merencanakan untuk mengkonsultasikannya dengan para presiden lainnya di benua itu untuk melangkah maju dalam proyek tersebut.

Presiden Ekuador, Rafael Correa, mengatakan bahwa Bank Selatan adalah sebuah “solusi struktural jangka panjang, untuk belajar bersandar pada kekuatan kita sendiri, untuk membuat ekonomi di wilayah ini semakin independen [dan] mengumpulkan simpanan bagi wilayah ini (regional backup) sebagai persiapan bila mana krisis tiba.”

Chavez mengulangi usulannya tentang Bank Petroleum Internasional, yang akan menjadi inisiatif gabungan dari perusahaan-perusahaan minyak milik negara untuk mendanai apa yang disebut Chavez sebagai “aliansi energi” antar negeri.

Chavez telah mengusulkan versi lebih luas dari Bank Petroleum Internasional sebelumnya saat konferensi tingkat tinggi Organisasi Negeri Pengekspor Minyak (OPEC) yang digelar Venezuela pada tahun 2000, tapi, menurut Chavez, “tidak tercapai konsensus.”

Dalam empat tahun terakhir, Venezuela telah menginisiatifi kesepakatan integrasi energi seperti PETROCARIBE dan PETROSUR, yang mendorong pembangunan penyulingan baru, ekspansi fasilitas menyimpanan di negeri-negeri yang langka minyak, dan pertukaran minyak untuk barang dan jasa.

“Kita harus mulai menciptakan sebuah arsitektur finansial internasional baru, jangan menunggu hingga Utara menciptakan Bretton Woods lagi,” kata Chavez hari Selasa. “Kami akan menciptakan struktur kami sendiri di Selatan.”

Ketika ditanya tentang harga minyak, Chavez mengatakan bahwa itu tak bisa diprediksi, terutama dengan krisis finansial di AS, tapi harganya cukup “memadai” bila stabil di antara $80 dan $90 per barel.

Kesepakatan Brasil-Venezuela

Dalam pertemuan hari Selasa, Chavez dan Presiden Brasil Luiz Inacio “Lula” da Silva menandatangani berbagai dokumen yang mengatur pembangunan perusahaan campuran antara perusahaan minyak negara Venezuela PDVSA dan Brasil PETROBRAS, dan mengerjakan detil-detil konstruksi bersama penyulingan minyak di Brasil utara, sebuah proyek yang diresmikan Maret lalu.

Kedua pemimpin itu juga meluncurkan tahap kedua kesepakatan kerjasama industrial dan pertanian mereka yang dimulai tahun lalu. Mereka menandatangani kesepakatan transfer teknologi untuk membantu Venezuela menggenjot produksi kacang kedelainya dan menggalakkan usaha pertanian berbasiskan keluarga, mendirikan regulasi layanan penerbangan dan wilayah penerbangan antara negara-negara mereka, dan mendiskusikan pembangunan pabrik baja bersama di bagian tenggara Venezuela.

Brasil juga akan membantu Venezuela mendirikan program pendanaan perumahan berpenghasilan rendah yang didasarkan pada model yang kini dioperasikan di Brasil oleh Caixa Economica do Brasil, yang merupakan bank milik negara terbesar di Amerika Latin.

Saat konferensi pers hari Selasa, Lula membicarakan tentang “kewajiban untuk lebih bersolidaritas dengan ekonomi-ekonomi paling rapuh di benua tersebut” dan menyatakan bahwa Brasil “berperan berkontribusi sehingga semua negeri-negeri Amerika Latin tumbuh bersama dan kita akan menjadi benua yang lebih adil.”

Menurut Duta Besar Venezuela untuk Brasil, Julio Garcia Montoya, perdagangan antara Brasil dan Venezuela tahun ini sebesar $5.5 juta.

Baik Lula dan Chavez mengekspresikan keyakinannya bahwa ekonomi negeri-negeri mereka tidak akan dipengaruhi oleh krisis finansial yang dipicu oleh keruntuhan kredit pemilikan rumah sub-prima di Amerika Serikat.

“Kami cukup berhati-hati, sistem finansial kami tidak terbelit permasalahan ini, kami mengerjakan pekerjaan rumah kami, mereka tidak,” kata Lula.

Chavez mengatakan Venezuela siap untuk menghadapi krisis finansial karena telah mempertahankan pertumbuhan ekonominya, kekokohan bank-banknya, dan memiliki cadangan internasional yang besar, yang katanya telah mencapai $40 milyar.

Pembentukan bank dua-kebangsaan baru-baru ini dengan Rusia dan dana pembangunan bersama sebesar $12 milyar dengan Tiongkok juga membantu mengamankan ekonomi Venezuela, katanya.

Presiden Bolivia Evo Morales mengatakan krisis finansial mengindikasikan bahwa perlu menciptakan alternatif terhadap kapitalisme. “Kini kaum miskin di AS dan di seluruh dunia harus membayar harga krisis finansial,” kata Morales. “Ini seharusnya membuat kita merefleksikan dalam-dalam tentang perubahan model ekonomi.”

__________________________________

Diambil dari venezuelanalysis.com

Diterjemahkan oleh NEFOS.org


Presiden Hugo Chavez Melaunching Kampanye Pemilu Kepala Daerah

29 September 2008, oleh Tamara Pearson – Venezuelanalysis.com

Hugo Chaves berpidato di depan anggota PSUV pada hari Minggu, 29 September di Merida, pada acara inti launching kampanye pemilu Partai Persatuan Sosialis Venezuela . Presiden Venezuela, Hugo Chaves menyatakan bahwa tidak mungkin memenangkan posisi Gubernur kecuali dengan melakukan perlawanan terhadap kepuasaan diri dan pengkhianatan dan juga dengan melihat persoalan revolusi di luar panggung electoral.

Kandidiat PSUV dan anggota dari berbagai negara menghadiri acara tersebut di Stadion Poliedro di Caracas.

Chaves mengatakan bahwa pemilihan kepala daerah mendatang pada bulan November sangat penting bagi Amerika Latin dan dunia, di mana mereka tidak hanya memenangkan posisi walikota dan posisi pemerintahan tapi juga menanamkan kesadaran massa .

Ia mengekspresikan kepuasannya bahwa sekarang Venezuela telah mempunyai partai revolusioner dan sosialis yang bersatu dan pengaruhnya telah meluas, meski baru terbentuk setahun lalu.

“Sudah saatnya kita memiliki sebuah partai politik kader yang memadai, sebuah partai massa yang sejati” kata Chaves

Ia menekankan bahwa sekalipun dengan kerja keras yang dilakukan, satu posisi Gubernurpun di 22 daerah pemilihan dari aliansi Patriotik (yang terdiri atas partai pendukung Chavez) tidak bisa secara obyektif menang. Ia mengatakan hal yang sama pada posisi di dewan legislatif dan walikota, dan cara memenangkannya adalah melalui organisasi, mobilisasi dan kesadaran sosialis serta revolusioner.

“Kita membutuhkan banyak pengetahuan, studi, (dan) aku tidak berbicara mengenai bagaimana meraih gelar Doktoral, (maksudku) studi mengenai realitas di sekitar kita, kesadaran melalui observasi, analisa, perdebatan, membaca dan kerja-kerja ideology… hanya dengan begitu kita dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran revolusioner, kesadaran sosialis. Kita tidak melupakan bahwa revolusi ini mempunyai jalan: Sosialisme, hanya ini, jalan yang dapat kita lakukan untuk mengkonsolidasikan kemerdekaan Venezuela”

Oleh karena itu, ia menambahkan, secara obyektif bukan hanya sekedar menang pemilu, tapi dengan memenangkannya melalui organisasi, kemampuan memobilisasi, dan meningkatkan kesadaran melalui sebuah perang gagasan karena negara ini “belum secara total dibangkitkan pada tingkat yang kita butuhkan”

“Hal ini dibutuhkan untuk membangkitkan kemauan berperang di setiap tempat, karena rakyat yang tidur tidak akan pernah menang, dan karena kampanye pemilu harus menjadi sebuah kesempatan dan sebuah skenario untuk membangunkan rakyat secara terus-menerus …. Karena kesadaran tidak akan pernah berhenti berkembang, kita yang seharusnya memasok kesadaran itu dengan perdebatan, pengetahuan, dan kritik terhadap diri sendiri, (untuk membangun sebuah) alat yang kuat dan dibutuhkan bagi sebuah revolusi sejati.”

Dalam pidatonya kepada para kandidat, ia memperingatkan pada mereka agar tidak berubah menjadi borjuis kecil dan mengatakan “Cukup sudah pengkhianatan, kami menginginkan gubernur yang revolusioner sejati, sosialis, jujur, dan walikota yang revolusioner dan sosialis, bagi kalian semua tidak hanya setelah 23 November nanti, namun juga harus siap saat ini”

Chaves menjelaskan bahwa pengkhianatan terhadap rakyat untuk ambisi dan kekayaan pribadi yang sering kali muncul selama lebih dari 200 tahun terakhir ini”

“(Aku) berbicara mengenai kota-kota tersebut di mana kelompok-kelompok kawan-kawan semua berada, kaum revolusioner di waktu lalu menyebrang ke tendensi politik lain, seperti Gubernur Carabobo atau Gubernur lainnya di Barinas , Gubernur Aragua, Gubernur Sucre. Aku katakan, dan akan terus kukatakan, permasalahannya, penyebab utama dari pembelotan tersebut adalah persoalan ideologi”

Ia juga memperingatkan mengenai “cepat puas akan kemenangan” yang dikatakannya sebagai salah satu faktor yang berkontribusi terhadap hilangnya suara untuk reformasi konstitusi tahun lalu.

”Kita seharusnya tidak merayakan kemenangan kita di negara manapun atau kotamadya manapun”

Setelah Pemilihan Berlangsung

Chavez mengingatkan kepada para hadirin, bahwa bangsa ini seharusnya pada tahun 2009 memperingati 60 tahun revolusi China, 50 tahun revolusi Kuba, dan 10 tahun revolusi Bolivaria di Venezuela dan demikian pula pada tahun 2010, kita semestinya memperingati 200 tahun gerakan pemberontakan pertama semenjak tgl 19 April, yang mengenyahkan pemerintahan Spanyol dari Venezuela.

“(Gerakan itu) merupakan gerakan pertama di benua ini. Sebagaimana yang terjadi pada tahun 2011, kita akan merayakan 200 tahun konstitusi pertama pada tgl 5 Julli dan kita akan merayakannya secara besar-besaran, sebuah revolusi kemerdekaan yang sepenuhnya”

Ia menjelaskan bahwa Revolusi Bolivarian tidak lebih dari kelanjutan proses kemerdekaan yang sama, sebuah tahap sejarah kedua dari proses kemerdekaan Venezuela dan Amerika Selatan.

“Apa yang seharusnya terjadi (dalam pemilihan kepala daerah) adalah menyurakaan kembali keberhasilan- keberhasilan itu, untuk mempercepat revolusi dan bergerak ke arah periode pembentukan sebuah negara baru dengan nilai-nilai sosialis” Kata Chavez.

Percobaan Kudeta dan Pembunuhan

“Hari-hariku dihitung karena mereka mengincarku”, Chavez juga mengatakan dalam pidatonya, merujuk pada kudeta terencana yang dilaporkan pada bulan ini dan 12 orang telah dipenjarakan.

Ia mengingatkan bahwa ada kemungkinan serangan yang akan dilakukan oleh kaum Oligarki dan “simpatisan Amerika” dalam bulan oktober dan telah merekomendasikan beberapa hal guna menghadapi percobaan tersebut, dengan menyebarkan intelejen di berbagai tempat, yang berhubungan langsung dengan Pemerintah Nasional dan institusi kepolisian.

Bagaimanapun, ia meyakinkan bahwa ”Ya, bulan oktober akan merah, merah dengan kebahagiaan, merah di jalan-jalan , gairah dan tanah air yang merah, merah bukan untuk kekerasan tapi untuk kedamaian, merah bukanlah kebencian terhadap kaum oposisi, tapi cinta terhadap rakyat dan PSUV . November kita akan merahkan dalam kemenangan dan sosialisme Kita tidak akan menjadi negara yang bodoh tapi negara yang merah”

Chavez mengambil kesempatan untuk memberikan selamat pada Menteri Kehakiman dan Dalam Negeri yang baru, Tarek El Aissami, yang dikatakannya mempunyai perang berat melawan peredaran narkoba dan ketidakamanan.

________________________________________________

Diambil dari http://www.venezuel analysis. com

Diterjemahkan oleh Dian Septi (Staf Pendidikan-Bacaan DHN-PPRM)



Pemimpin-pemimpin Negara Amerika Selatan Mendukung Presiden Bolivia

Agence France-Presse, 16 September, 2008.

Presiden-presiden di Amerika Selatan mengadakan KTT krisis menanggapi kerusuhan yang terjadi di Bolivia, dan menghasilkan pernyataan tegas untuk memberikan dukungannya pada presiden Bolivia Evo Morales.

Pernyataan ini disetujui oleh Morales beserta presiden Argentina, Brazil, Chili, Kolombia, Ekuador, Paraguay, Uruguay, dan Venezuela, yang juga menolak perpecahan wilayah di Bolivia.

Kesembilan presiden di ibukota Chili, Santiago, menyatakan “dukungan penuh dan tegas bagi pemerintahan konstitusional, presiden Evo Morales, yang mandatnya diratifikasi oleh mayoritas besar.”

Preside Argentina, Cristina Kirchner, mengatakan, setelah pembicaraan selama 6 jam ‘kesepakatan yang diperoleh bulat’.

Kirchner telah mengatur KTT ini dengan bantuan dan dukungan dari Perserikatan Negara-Negara Amerika Selatan yang baru saja terbentuk, yang sekarang ini diselenggarakan oleh Chili.

Para pemimpin negara tersebut juga mengungkapkan keinginan untuk membentuk sebuah komite untuk turut dalam pembicaraan antara pemerintahan Morales dengan gubernur-gubernur yang memberontak di timur Bolivia, yang menentang reformasi sosialisnya.

Minggu lalu Bolivia dilanda kericuhan sarat kekerasan yang menyebabkan 18 orang tewas dan seratusan orang luka-luka di daerah utara negara bagian Pando.

Gangguan keamanan yang melanda 5 negara bagian di bagian timur Bolivia yang dikepalai gubernur berkarakter konservatif yang menginginkan otonomi daerah.

Morales menyebut tekanan ini sebagai suatu upaya penggulingan yang illegal.

Setibanya di Santiago, Morales menuduh musuh-musuh dalam negerinya itu merencanakan upaya makar terhadapnya.

Pernyataan KTT para presiden “memperingatkan bahwa pemerintahan kami masing-masing menolak dengan tegas dan tidak akan mengakui upaya-upaya kudeta sipil dan hancurnya keteraturan kelembagaan yang sudah berjalan yang mampu berkompromi dengan integritas territorial di Republik Bolivia.”

Mereka juga mengutuk terbunuhnya warga sipil di Pando, dan menyerukan pembentukan komisi untuk menyelidiki pernyataan-pernyataan tanpa bukti tentang banyaknya kalangan petani pendukung Morales yang menjadi korban tertembak karena dijebak.

Diterjemahkan oleh Sistha (anggota LMND-PRM Yogyakarta), dari:

http://boliviarising.blogspot.com/2008/09/leaders-back-embattled-president.html



Sayap Pemuda Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV) Lahir

15 september 2008, oleh Tamara Pearson – Venezuelanalysis.com

Sayap Pemuda Partai Persatuan Sosialis Venezuela (PSUV) Lahir

Pada tanggal 11-13 September yang lalu, sekitar 1400 delegasi pemuda dari seluruh negara bagian di Venezuela bertemu di Puerto Ordaz, Negara Bagian Bolivar, untuk membentuk organisasi baru kepemudaan dalam Partai Sosialis Bersatu Venezuela [PSUV].

Konggres Pendirian Pemuda PSUV [J-PSUV] membahas beberapa tema, seperti: peran pemuda dalam pembangunan sosialisme, krisis energi dan pangan, peran pemuda dalam pertahanan nasional, struktur organisasional dalam J-PSUV, serta perkembangan revolusi.

Ada 47 pokja bagi para delegasi guna membahas statuta J-PSUV dan keluar dari perdebatan dengan cara memodifikasi 10 dari 20 pasal yang terdapat dalam proposal awal.

Konggres menghasilkan dokumen politik berjudul “Dokumen Cariuachi” yang berisi garis besar program baru kepemudaan yang akan diadakan di semua wilayah.

Dokumen tersebut mengacu pada tujuan sayap pemuda PSUV ini untuk mengorganisir, membentuk, dan menyertakan seluruh pemuda Venezuela menjadi revolusioner militan, guna berjuang untuk menghapus marjinalisasi dan diskriminasi terhadap kaum muda dan membentuk ruang-ruang bagi terciptanya kesetaraan, kebebasan, dan partisipasi aktif semua kaum muda.

Kaum muda militan juga harus aktif dalam perjuangan melawan korupsi dan birokrasi, serta terbangunnya sosialisme.

Dokumen tersebut menetapkan bahwa segala tindakan yang rasis, homofobia, seksis, ataupun ekspresi-ekspresi penghinaan lainnya, adalah perilaku yang ditentang oleh anggota J-PSUV, dan merupakan tanggungjawab semua anggota untuk turut serta dalam pertahanan integral negara.

Sedikitnya 10 kaum muda akan membentuk tim kepemimpinan negara yang masing-masing memilih 1 jubir beserta 1 jubir cadangan. Kesetaraan gender harus dijamin melalui pemilihan posisi dan penunjukkan posisi.

Tim Pemuda Nasional akan menjadi komponen permanen dari PSUV dan akan dibentuk dari 30 jubir, yang 27 diantaranya akan dipilih dalam pemilihan nasional, dan 3 sisanya dipilih oleh kaum muda kalangan pribumi.

Hector Rodriguez, anggota pimpinan nasional PSUV dan Mensesneg mengatakan, bahwa, perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap dokumen tersebut memperdalam demokrasi internal dalam partai dan menegakkan disipin unternal partai.

Konggres juga mendukung keputusan Presiden Venezuela Hugo Chavez yang mengusir diplomat AS dari negaranya. Berkenaan dengan rencana pembunuhan terhadap Chavez, lebih dari 30 delegasi internasional dan pemimpin muda mendeklarasikan ketidaksepakatan terhadap sabotase dan destabilisasi yang terjadi, tidak hanya terjadi di Venezuela namun terjadi pula di Paraguay, Guatemala, Ekuador dan Bolivia.

Para delegasi memberikan laporan yang bersemangat, optimistik dan serius dalam konggres. Salah satu slogan yang paling sering dikemukakan adalah, ‘bila situasi memburuk, kami menginginkan senjata!’

Carlos bello, delegasi dari kotapraja Sucre di negara bagian Miranda, menyampaikan pernyataan pada Venezuelanalysis.com, bahwa ‘pencapaian utama dari konferensi adalah perserikatan dan komitmen yang tak terbantahkan dari kaum muda Venezuela untuk mempertahankan negara dari serangan imperialis dan merasa berkepentingan untuk berpartisipasi dalam membangun tanah air.’

“Sayap pemuda dalam partai lahir untuk memperkuat struktur yang sudah ada. Sekarang tugas kita adalah belajar dan bekerja demi terbangunnya masyarakat yang berbeda dari sebelumnya dimana setiap orang memiliki kesempatan unuk hidup dengan harga diri, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan keluarga yang lebih baik dengan nilai-nilai baru.”

“Even ini sangat transendental dalam sejarah perpolitikan Venezuela. Untuk pertama kalinya dalam sejarah sebuah partai politik… memberikan peran utama bagi kaum muda yang terpilih dengan basis populer, yang tidak menginginkan apapun selain penghapusan ketidakadilan sosial”

Daniel Briceno, delegasi untuk kotapraja San Jacinto, Negara Bagian Merida, menyampaikan pada Venezuelanalysis.com bahwa ia berpendapat bahwa hal penting dari konferensi adalah persetujuan dari seluruh pokja dalam menghasilkan dokumen final dan bahwa capaian utamanya adalah artikulasi dan organisasi kaum muda dalam PSUV.

“sekarang kita harus menyampaikan informasi ini ke basis-basis dan mendiskusikannya sehingga tim pemuda mengetahui regulasi ini dan bisa mulai untuk menerapkannya,” katanya.

Hector Rodriguez, anggota pimpinan PSUV, menyebut konggres ini sebagai sebuah momen historis, karena “hari ini salah satu dari kekuatan pemuda yang terbesar yang pernah dimiliki dalam sejarah politik Venezuela dilahirkan.”

Cesar Trompiz, delegasi lainnya dalam konferensi mengatakan, “Kaum nuda harus percaya bahwa negara adalah milik kita, bahwa revolusi adalah milik kita.”

Dia menjelaskan bahwa sebelumnya para pemuda telah terlibat di dalam revolusi secara sukarela seperti juga pada saat ini, “kerja-kerja kaum muda dalam partai dikerjakan secara organis, terorganisir dan terarah. Yaitu dengan adanya tujuan-tujuan yang jelas”

Dalam program mingguan setiap hari Minggunya, “Halo Presiden,” Chavez menginginkan kandidat-kandidat PSUV yang terlibat dalam manajemen pemerintahan agar dipilih dalam pemilihan tanggal 23 November mendatang.

“Perlu bagi kita untuk memberikan ruang bagi kaum muda karena terkadang kita bilang ‘tidak…mereka belum dewasa’… (kita harus) berhati-hati terhadap konsep semacam itu,” kata Chavez.

Dalam sesi penutupan konggres, Chavez juga meyatakan bahwa kaum muda menjadi penggali kubur bagi Republik keempat (periode politik terbaru sebelum Chavez sejak 1958) dan akan menjadi pembangun era baru.

Di bulan Juli pemimpin PSUV mengajak orang muda dalam partai untuk mengorganisasikan diri ke dalam tim yang beranggotakan 10 orang atau lebih, sesuai dengan cabang masing-masing. Tim tersebut menunjuk seorang jubir dan para jubir ini kemudian bertemu dalam pembahasannya (terdiri dari, kurang lebih, 10 cabang), lalu memilih delegasi untuk menghadiri kongres.

Lebih dari 50% penduduk Venezuela berusia dibawah 30 tahun.

____________________________________

Diterjemahkan oleh Sistha (anggota LMND-PRM Yogyakarta), dari: http://www.venezuelanalysis.com/news/3798



Perjuangan untuk industri yang melayani rakyat

Federico Fuentes

Pada 27 Agustus, Presiden Venezuela Hugo Chavez mengumumkan berakhirnya negosiasi dengan mantan pemilik Ternium atas nasionalisasi pabrik baja Sidor, dengan menyatakan bahwa pemerintahnya akan “mengambil alih semua perusahaan yang dimiliki [perusahaan tersebut] di sini”, menegaskan bahwa Ternium “bisa angkat kaki”.

Continue reading “Perjuangan untuk industri yang melayani rakyat”

Chavez Menasionalisasi Bank Venezuela: Sebuah Langkah Maju Bagi Revolusi Bolivarian

Oleh : Ted Sprague

4 Agustus 2008

Pada tanggal 31 Juli, Chavez mengumumkan nasionalisasi Bank Venezuela (Banco de Venezuela) yang dimiliki oleh perusahaan multinasional Spanyol, Grupo Santander. “Kita akan menasionalisasi Banco de Venezuela. Saya mengajak Grupo Santander untuk datang kesini supaya kita bisa mulai bernegosiasi”.

Berita ini adalah berita yang menggembirakan, dan merupakan salah satu langkah yang tepat untuk menyelesaikan kontradiksi di dalam revolusi Bolivarian. Walaupun minyak yang merupakan sumber ekonomi terbesar di Venezuela sudah dinasionalisasi dan merupakan pilar ekonomi dimana hampir semua program sosial Venezuela (yang kerap disebut Mission) bersandar, makro ekonomi di Venezuela masih ada di tangan oligarki lokal dan modal asing. Perbankan merupakan sendi utama ekonomi negara yang mengatur jalannya kredit, modal, dan investasi; dan ini masih ada sepenuhnya di tangan kapitalis untuk melayani kepentingan mereka. Ini adalah kontradiksi yang harus diselesaikan. Oleh karena itu, kita harus menyambut nasionalisasi Bank Venezuela sebagai satu langkah maju untuk menyelesaikan kontradiksi ini.

Seperti halnya nasionalisasi pabrik besi SIDOR belum lama ini (Chavez re-nationalises SIDOR: historic victory for the workers), maka nasionalisasi Bank Venezuela akan memberikan dorongan dan semangat kepada rakyat pekerja untuk menuntut ekpropriasi ekonomi dari tangan kapitalis, tuan tanah, dan bankir; dan bukan hanya menuntut, tetapi melakukannya sendiri di bawah kontrol buruh.

Akan ada orang-orang yang mengeluh “Tetapi, ini adalah kebijakan dari atas, dari elit, bukan dari rakyat. Revolusi haruslah dibangun dari bawah.” Tetapi permasalahannya bukan ini, yang kita hadapi sekarang adalah Chavez menyerukan nasionalisasi bank. Apakah kita akan menolaknya hanya karena ini datang dari inisiatif di atas, bukan dari bawah “Tentu saja tidak, kita dukung inisiatif ini karena ia akan memberikan semangat kepada rakyat pekerja untuk menuntut nasionalisasi ekonomi Venezuela di bawah kontrol buruh. Kita dukung sembari kita juga serukan: Ini adalah langkah yang tepat, tetapi nasionalisasi setengah-setengah tidak akan cukup untuk menyelesaikan kontradiksi ekonomi di dalam revolusi Bolivarian. Kita perlu menasionalisasi seluruh perbankan dan sektor finansial, ini adalah kondisi yang diperlukan untuk membentuk ekonomi sosialis yang terencana. Serta kita juga harus menasionalisasi tanah dan perusahaan-perusahaan besar. Semua di bawah kontrol buruh.”

Seruan Chavez

Di dalam acara TV nasional, Chavez mengatakan: “Beberapa bulan yang lalu, saya menerima informasi bahwa Banco de Venezuela, yang sudah diprivatisasi bertahun-tahun lamanya, akan dijual oleh pemiliknya di Spanyol; bahwa sebuah perjanjian telah ditandatangani oleh Grupo Santander dan sebuah perusahaan bank swasta di Venezuela, kemudian saya kirim sebuah pesan kepada mereka bahwa pemerintah Venezuela ingin membeli bank tersebut, kita ingin mengambilnya kembali. Kemudian pemilik bank tersebut mengatakan ‘tidak, kami tidak ingin menjualnya’. Jadi sekarang saya katakan ‘tidak, saya akan membelinya. Harganya berapa? Kita akan membayarnya, dan kita akan menasionalisasi Bank Venezuela'”.

Dari sini, kampanye media dari Spanyol dan internasional akan mulai. Mereka akan mengatakan bahwa Chavez adalahs seorang otokrat, bahwa Chavez adalah seorang diktatur, saya tidak peduli, kita tetap akan menasionalisasi bank ini.

Ada yang aneh disini karena sebelumnya pemilik bank tersebut benar-benar ingin menjualnya, dan sekarang mereka katakan bahwa mereka tidak ingin menjualnya kepada pemerintahan Venezuela. Kita akan menasionalisi Bank Venezuela supaya bank tersebut digunakan untuk melayani kepentingan rakyat Venezuela. Laba bank tidak akan diambil oleh grup-grup swasta, tetapi laba ini akan diinvestasikan di dalam proyek sosialis.

Chavez juga mengatakan bahwa simpanan para pelanggan Bank Venezuela akan dijamin, dan pekerja-pekerja bank tersebut tidak akan kehilangan pekerjaannya. Justru kondisi mereka akan meningkat seperti halnya dengan pekerja di perusahaan SIDOR setelah nasionalisasi.

Perbankan Venezuela

Bank Venezuela adalah salah satu bank terbesar di Venezuela yang menguasai 12 persen usaha kredit di Venezuela. Pada pertengahan tahun 2008, bank ini meraih laba sebesar 170 juta dollar Amerika (1500 milyar rupiah), ini meningkat 29% dari tahun sebelumnya. Bank Venezuela memiliki 285 cabang dan 3 juga pelanggan, dan aset sebesar 891 juta dollar Amerika.

Setelah krisis ekonomi pada tahun 1994 dimana 60% sektor perbankan ambruk dan bangkrut, Bank Venezuela dinasionalisasi. Tetapi 2 tahun kemudian bank ini diprivatisasi dan dibeli oleh perusahaan multinasional Grupo Santander dari Spanyol dengan harga yang sangat kecil, yakni 300 juta amerika dollar. Dalam waktu 9 bulan, Grupo Santander sudah balik modal. Tahun 2007 saja bank ini meraih laba $325.3 juta dollar, ini sudah melebihi apa yang mereka bayar untuk membeli bank tersebut.

Ini tentu mengingatkan kita kepada krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997, dimana perbankan Indonesia ambruk dan negara Indonesia ‘terpaksa’ (atau dipaksa) membayar semua hutang mereka dengan BLBI sebesar 13 milyar juta dollar (122 trilyun rupiah, saat itu ini adalah setengah dari anggaran negara). Dalam kata lain, negara Indonesia menasionalisasi hampir semua sektor perbankan di Indonesia. Tetapi tentu ada bedanya, disini pemerintah Indonesia menasionalisasi hutang bank-bank tersebut. Aset-aset bank-bank tersebut lalu dikumpulkan di BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) untuk ‘disehatkan’ dan kemudian dijual kembali ke pihak swasta dengan harga yang sangat murah.

Sekarang, perbankan di Venezuela dikuasai oleh empat grup: BVVA dan Grupo Santander dari Spanyol, serta dua bank lokal, Mercantil dan Banesco. Grupo Santander adalah perusahaan bank terbesar di Amerika Latin dengan 4500 cabang, dan sepertiga laba mereka datang dari Amerika Latin. Ini adalah contoh bagaimana modal asing mengeruk sumber daya Amerika Latin.

Privatisasi Laba, Nasionalisasi Hutang

Para ahli ekonomi kapitalis sudah mulai memprotes langkah Chavez ini. Ahli ekonomi dari Goldman Sachs, Alberto Ramos, mengatakan: “Saya tidak setuju kalau perbankan harus berada di bahwa sektor publik. Sektor swasta lebih efektif dalam menjalankan perbankan.” Sunguh sebuah kemunafikan! Kita sudah lihat bagaimana efektifnya perbankan swasta di Indonesia, yang bangkrut dan harus diselamatkan oleh negara.

Bukan hanya di Indonesia, tetapi di negara-negara maju, perbankan swasta sudah mulai berjatuhan dan harus diselamatkan oleh negara. Belum lama ini, Federal Bank Reserve di Amerika Serikat harus menyelamatkan Bear Stearns dan membayar 29 milyar dollar Amerika untuk memfasilitasi penjualannya kepada JPMorgan. Di Inggris sendiri, salah satu bank terbesar, Northern Rock, ambruk dan harus dinasionalisasi. Nasionalisasi Northern Rock memakan biaya sebesar 40 milyar dollar, dan ini harus ditanggung oleh rakyat pekerja Inggris. Lalu, dua perusahaan kredit rumah terbesar di Amerika, Fannie Mae dan Freddie Mac, yang diambang kebangkrutan, harus diselamatkan oleh negara yang mengucurkan dana sebesar 25 milyar dollar. Kalau untuk menyelamatkan aset-aset mereka dan membayar hutang mereka, para ekonom ini tidak menolak nasionalisasi.

Inilah slogan kaum kapitalis: Privatisasi Laba, Nasionalisasi Hutang! Sungguh suatu kemunafikan yang tiada tara. Kapitalisme sudah menjadi sebegitu bangkrutnya dan bobroknya. Semua nilai-nilai kapitalisme mengenai pengambilan resiko dan kompetisi sudah tidak lagi valid. Tidak ada lagi pengambilan resiko, karena kalau mereka bangkrut dan terjebak hutang, maka negara akan ‘menyelamatkan’ dan ‘menyehatkan’ mereka dengan menggunakan uang rakyat pekerja. Dengan semakin memusatnya kapital di tangan beberapa individual, tidak ada lagi kompetisi, yang ada hanya monopoli dengan ilusi kompetisi. Memang dulu, nilai-nilai kapitalisme ini adalah suatu hal yang progresif secara historis; ia menghancurkan feudalisme yang sudah bangkrut, dan mengembangkan kekuatan produksi. Akan tetapi sekarang kapitalisme sudah menjadi parasit.

Nasionalisasi Dengan Kompensasi

Tentu akan ada beberapa orang yang meragukan nasionalisasi ini karena Chavez menawarkan untuk membeli bank tersebut, dan bukan menyitanya. Tetapi, masalah kompensasi ini bukanlah masalah prinsip. Marx juga tidak menolak kemungkinan untuk memberikan kompensasi kepada kaum kapitalis Inggris dalam menasionalisasi alat-alat produksi mereka, dan ini dengan tujuan untuk meminimalisasi perlawanan dari mereka. Dan kalau boleh saya tambahkan, ini juga akan mengekspos kemunafikan nilai-nilai kapitalisme. Para kapitalis bersama-sama dengan media bayaran mereka akan menyerang Chavez dan langkah nasionalisasi ini, dan rakyat pekerja sedunia akan melihat bahwa serangan-serangan tersebut hanyalah berdasarkan kemunafikan dan keserakahan. Grupo Santander berniat menjual Bank Venezuela ke pihak swasta. Tetapi ketika pemerintahan Chavez ingin membelinya guna kepentingan publik, mereka menolaknya. Ini akan membuat geram rakyat pekerja, mereka akan berseru: “Kalau mereka menolak, kita sita saja semuanya!”

Akan tetapi, kita tidak boleh berpikir seperti kaum reformis yang mengatakan bahwa kompensasi harus diberikan sesuai dengan harga pasar. Kebijakan kita adalah kompensasi minimum, dan hanya diberikan kepada pemegang saham kecil dan yang benar-benar membutuhkannya. Tidak ada kompensasi untuk mereka-mereka yang sangat kaya! Kita hitung kompensasi mereka dari laba-laba yang sudah mereka peroleh semenjak memperoleh Bank Venezuela. Grupo Santander membeli Bank Venezuela seharga 300 juta dollar, dan mereka sudah balik modal berulang-ulang kali. Jadi tidak ada alasan untuk membayar mereka sesen pun.

Nasionalisasi Penuh di Bawah Kontrol Buruh

Akan tetapi, janganlah kita terjebak dengan teknikalitas proses nasionalisasi ini. Hal yang terpenting adalah rakyat pekerja melihat nasionalisasi ini sebagai sebuah serangan terhadap kaum kapitalis, terhadap kepemilikan pribadi mereka yang sakral. Ini akan memberikan dorongan bagi rakyat untuk semakin mempertanyakan hak kepemilikan para kapitalis ini. Para kapitalis pun mengerti besarnya pengaruh sosial dan politik dari langkah ini, maka dari itu mereka beramai-ramai menyanyikan lagu lama mereka: “Chavez adalah seorang diktatur, ini akan menghancurkan perekonomian Venezuela”, dsb. Tugas setiap pendukung revolusi Bolivarian adalah untuk mendukung proses ini, dan mendorongnya untuk lebih maju. Nasionalisasi setengah-setengah tidak akan menyelesaikan kontradiksi ekonomi di Venezuela. Kendali ekonomi masih dipegang oleh para kapitalis, dan dengan mudahnya mereka bisa menyabotase industri-industri negara sembari berkoar: “Lihat industri nasional kita di bawah Chavez, semua rusak. Ini membuktikan bahwa nasionalisasi adalah langkah yang salah, ini membuktikan kegagalan sosialisme”. Bukankah para oligarki di Venezuela sudah berulang kali menyabotase ekonomi Venezuela?! Sabotase industri minyak tahun 2002/2003 yang disertai boss lock-out (mogok bos), kelangkaan bahan makanan, inflasi, dsb. Ini semua adalah sabotase ekonomi yang bertujuan untuk menjatuhkan kredibilitas revolusi Bolivarian dan sosialisme.

Kita tidak bisa mengkontrol apa yang tidak kita miliki. Apakah seorang buruh pabrik bisa dengan mudah meminta bos pabrik untuk meningkatkan gajinya. Hanya dalam mimpi saja ini terjadi. Kita perlu menasionalisasi seluruh perbankan dan sektor finansial, semua pabrik-pabrik besar, tanah-tanah milik tuan tanah besar, semua di bawah kontrol buruh. Jangan biarkan birokrasi-birokrasi lama menjalankan industri nasional, karena ingat mereka dulunya adalah agen-agen kapitalis, teman minumnya para oligarki lokal. Singkirkan birokrasi ini, bentuk komite-komite pekerja yang akan menjalankan industri nasional secara demokratis dan secara terencana.

Kita sambut nasionalisasi Bank Venezuela sebagai sebuah langkah maju. Tetapi objektif utama Revolusi Bolivarian masih belum tercapai: mengambil alih kekuatan ekonomi dan politik kaum oligarki dan pembentukan negara pekerja sosialis.

__________________________________________________________________________

*Sumber: Venezuela: The Nationalization of Banco de Venezuela oleh Alan Woods, 1 Agustus 2008.