Quo Vadis 10 tahun Revolusi Venezuela menuju Sosialisme: Kesejahteraan Rakyat Membaik atau Memburuk

Oleh Ady Thea
3 Juni 2009

Venezuela termasuk negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama minyak dan gas. Kandungan minyak yang terdapat di daerah Orinoco Basin yang terletak di wilayah Venezuela bagian timur diperkirakan memiliki cadangan sebesar 370 miliar barel dan dinyatakan sebagai cadangan minyak terbesar di dunia. Namun ladang minyak itu tidak dikelola dengan baik oleh pemerintah yang lalu sebelum Chavez, bahkan banyak perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi disana seperti Exxon Mobil (perusahaan minyak AS), Chevron (Inggris), Total (Perancis), dan lain-lain. Akibatnya, massa rakyat Venezuela tidak dapat menikmati hasil kekayaan alam yang dikeruk dari bumi Venezuela. Bahkan pada tahun 1989, di masa kepemimpinan Carlos Andres Perez yang pro-kapitalis, sebanyak 80,42% dari keseluruhan jumlah penduduk Venezuela terjerumus dalam jurang kemiskinan.

Sejak 1999 Hugo Chavez terpilih menjadi presiden Venezuela. Ia dipilih secara demokratis melalui pemilu. Mulai saat itulah Venezuela yang sebelumnya berada dalam cengkraman kapitalisme mulai mengarah menuju sosialisme. Langkah pertama yang diambil Chavez pada saat ia berkuasa adalah membuat konstitusi untuk melindungi hak-hak massa rakyat lewat Dewan Konstituante yang secara resmi dibentuk pada tahun 1999. Dari situ kemudian ia mengubah kebijakan-kebijakan yang selama ini pro-kapitalis menjadi pro-sosialis. Sebagai salah satu upaya yang dilakukan Chavez untuk menyejahterakan kelas pekerja, ia mengeluarkan dekrit untuk menaikkan upah minimum menjadi 144.000 Bolivar pada tahun 2000. Langkah itu tentu saja memberi angin segar bagi kelas pekerja di Venezuela, karena kesejahteraan mereka kini lebih baik daripada masa sebelumnya. Pada semester kedua di tahun 2000, angka kemiskinan di Venezuela turun menjadi 46,20%.

Untuk meningkatkan gizi anak-anak usia sekolah, pada tahun 1999 pemerintahan Chavez membuat program makanan tambahan bagi anak sekolah yang dinamakan Programa Alimenticio Escolar (PAE). Melalui program itu anak-anak sekolah mendapatkan sarapan, makan siang, dan makanan ringan (snack) gratis dari pemerintah. Program ini pada tahun 1999 mampu dinikmati sekitar seperempat juta anak sekolah di Venezuela dan dari tahun ke tahun jumlah itu semakin meningkat.

Melihat kebijakan-kebijakan pemerintahan Chavez yang progresif revolusioner, pihak oposisi (pro-kapitalis) melakukan segala daya upaya untuk menggulingkan pemerintahan demokratis di bawah kepemimpinan Chavez. Puncaknya terjadi pada tahun 2002 dimana pihak oposisi melakukan kudeta. Mereka menobatkan pemimpin Fedecamaras (Federasi Bisnis Venezuela), Pedro Carmona, sebagai Presiden Venezuela. Selain itu kelompok oposisi juga menyerang kelompok-kelompok pro-Chavez. Bahkan mereka juga menyerang kedutaan besar Kuba di Caracas, ibukota Venezuela .

Di satu sisi kudeta itu dapat dipatahkan oleh massa rakyat. Kelompok-kelompok pro-Chavez memainkan peran yang sangat penting untuk membela Revolusi Bolivarian. Sehingga terhitung sejak 14 April 2002 Presiden Hugo Chavez dapat kembali menempati posisinya sebagai Presiden Venezuela. Namun di sisi lain pihak oposisi masih terus berusaha untuk melemahkan pemerintahan Chavez dengan cara melakukan pemogokan di perusahaan minyak milik pemerintah yaitu PDVSA. Para pekerja PDVSA yang berasal dari tingkat manajerial menghentikan proses produksi, sehingga jumlah produksi PDVSA berkurang hingga mencapai 1 juta barel/hari. 40 sumur minyak berhenti beroperasi dan minyak menjadi langka di Venezuela. Peristiwa ini memberi pukulan keras terhadap pemerintahan Chavez dan juga massa rakyat.

Dengan berhentinya produksi minyak PDVSA, secara otomatis pemerintah mengalami penurunan pemasukan keuangan negara. Selain itu mobil-mobil dan mesin-mesin tidak dapat dioperasikan karena kelangkaan bahan bakar. Namun manuver pihak oposisi itu mampu dipatahkan kembali oleh kekuatan massa rakyat pekerja. Para pekerja minyak bawahan mengambil alih produksi minyak yang sangat kompleks ini tanpa bantuan teknis para manajer. Sehingga pada 9 Februari 2009 pemerintahan Chavez dapat mengendalikan PDVSA agar kembali berproduksi secara normal. Akibat tindakan yang dilakukan pihak oposisi ini, perekonomian Venezuela menurun dan angka kemiskinan kembali naik pada semester kedua di tahun 2003 menjadi 62,10%. Peristiwa ini semakin menyadarkan massa rakyat bahwa pihak pro-kapitalis akan terus berupaya untuk menggulingkan pemerintahan pro-sosialis dan dengan itu massa rakyat sadar bahwa musuh utama mereka adalah kapitalisme. Massa rakyat menyadari bahwa dalam pemerintahan Chavez masih terdapat birokrat-birokrat yang pro-kapitalis, namun mereka bersembunyi di balik pemerintahan Chavez yang progresif revolusioner. Dan sampai detik ini pun, Presiden Chavez berupaya semaksimal mungkin untuk membersihkan pemerintahannya dari kelompok-kelompok yang pro-kapitalis.

Kapitalisme merangsek ke berbagai lini di Venezuela, terutama ke sektor-sektor penting yang berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan massa rakyat, dimana seharusnya dapat dinikmati sebagai kebutuhan dasar dan menjadi hak-hak massa rakyat. Seperti makanan murah dan berkualitas, pelayanan kesehatan, akses pendidikan dan lain sebagainya. Namun sebelum Chavez berkuasa, hak-hak rakyat itu tidak terpenuhi, bahkan cenderung diabaikan. Oleh karena itu di masa pemerintahan Chavez banyak sekali kebijakan-kebijakan yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar massa rakyat melalui program-program transisional menuju sosialisme.

Pada tanggal 21 April 2003 pemerintahan Chavez membentuk program kesehatan yang dinamakan Mission Barrio Adentro. Selama ini kesehatan massa rakyat Venezuela diatur oleh pasar sehingga kapitalisme di bidang kesehatan merajalela. Hanya penduduk dari golongan menengah atas yang mampu menikmati fasilitas kesehatan sedangkan sebagian massa rakyat Venezuela yang hidup miskin tidak mampu mendapatkan akses kesehatan yang layak. Oleh karena itu, melalui program Mission Barrio Adentro, Presiden Chavez mendobrak keangkuhan kapitalisme agar massa rakyat mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.

Sektor pendidikan pun tak lepas dari genggaman kapitalisme. Sebelum Chavez berkuasa, pendidikan hanya mampu dinikmati oleh anak-anak orang kaya. Sedangkan sebagian massa rakyat Venezuela tidak mampu mendapatkan akses pendidikan yang bermutu. Jerat kemiskinan menjadi penyebab utama kenapa pendidikan bermutu tidak dapat dinikmati anak-anak usia sekolah kurang mampu. Bahkan mereka harus bekerja untuk membantu orang tua memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Untuk mengatasi masalah pendidikan itu, Chavez membuat program melek huruf yang dinamakan Mission Robinson. Program itu mulai berjalan di tahun 2003. Alhasil tingkat kemampuan membaca dan menulis massa rakyat Venezuela naik menjadi 93,8% untuk kaum pria dan 93,1% untuk kaum wanita. Dan saat ini pemerintah Venezuela membebaskan biaya pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak (TK) sampai Universitas bagi massa rakyat miskin.

Untuk menjamin kesediaan pangan bagi kaum miskin, mulai dari tahun 2003 pemerintahan Chavez memulai program Mercal yang ditujukan untuk menyediakan bahan-bahan makanan yang murah dan berkualitas bagi massa rakyat. Pemerintah menunjuk toko-toko sembako tertentu yang tersebar di seluruh penjuru Venezuela, terutama di daerah yang miskin sebagai agen untuk mendistribusikan bahan-bahan makanan itu. Pada tahun 2003, bahan-bahan makanan yang sudah terjual melalui toko-toko itu mencapai 45.662 metrik ton dan jumlah itu semakin meningkat menjadi 1,25 juta metrik ton di tahun 2008.

Masih banyak lagi kebijakan-kebijakan sosialis yang memberikan pengaruh langsung bagi kesejahteraan massa rakyat di Venezuela seperti pembangunan rumah untuk kaum miskin, menaikkan gaji guru hingga 30% dan lain-lain. Beberapa kebijakan yang telah ditulis di atas merupakan contoh dari perubahan nyata selama revolusi terjadi sehingga massa rakyat secara langsung dapat menikmati hasilnya. Jika dilihat dari angka kemiskinan yang ada di Venezuela, selama masa pemerintahan Chavez kesejahteraan massa rakyat Venezuela semakin membaik. Sejak kebijakan transisional menuju sosialisme dilaksanakan oleh pemerintahan Chavez, angka kemiskinan di Venezuela semakin menurun, bahkan pada semester ke dua di tahun 2008 angka kemiskinan di Venezuela turun menjadi 31,50%.

Nasionalisasi pabrik di bawah kontrol buruh merupakan kata kunci terwujudnya kemajuan-kemajuan progresif di Venezuela. Nasionalisasi harus dilakukan di sektor-sektor industri penting untuk membiayai program-program sosialis di Venezuela, seperti perusahaan minyak PDVSA, perusahaan besi baja SIDOR, beberapa perusahaan semen milik asing yang beroperasi di Venezuela, dan lain-lain. Setelah dinasionalisasi, kemudian perusahaan-perusahaan itu harus sepenuhnya dikelola oleh buruh dan pemerintah. Dari situlah kedaulatan massa rakyat dijunjung tinggi, mereka merencanakan, mengelola dan menjalankan pembangunan massa rakyat tanpa dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan imperialis.

Partisipasi seluruh massa rakyat Venezuela merupakan tulang punggung bagi revolusi sosialis di Venezuela karena tanpa partisipasi aktif dari massa rakyat, revolusi sosialisme akan menuju kegagalan. Perkembangan progresif revolusioner yang ada di Venezuela merupakan buah manis dari pohon revolusi yang ditanam oleh kelas pekerja di Venezuela. Mereka tidak henti-hentinya berorganisasi, merapatkan barisan, mengasah kesadaran kelas sampai akhirnya mampu membawa Venezuela bergerak menuju sosialisme. Selain itu sosok Hugo Chavez yang karismatik dan revolusioner mampu tampil memimpin jalannya revolusi. Sinergisitas ini menjadi sebuah energi revolusioner yang sangat dahsyat untuk memutuskan belenggu rantai besi kapitalisme di Venezuela.

Namun bukan berarti saat ini massa rakyat telah meraih kemenangan, bukan berarti sekarang Venezuela telah menjadi Negara sosialis atau Negara kelas pekerja sejati. Masih banyak sektor yang harus dibenahi dan diperkuat untuk membangun sebuah Negara sosialis di Venezuela. Dan dari kesemuanya itu yang perlu diingat adalah Venezuela saat ini telah berjalan menuju sosialisme. Konsep internasionalisme akan mewujudkan dan memperkuat basis sosialisme di Venezuela. Dan mulai saat ini di kawasan Amerika Latin bukan hanya Kuba yang menjadi kobaran api revolusioner, namun kobaran api itu telah menyambar ke Venezuela, Bolivia, Ekuador, Nikaragua, dan lainnya. Kobaran api revolusioner itulah yang nantinya akan menerangi dunia, menghanguskan keangkuhan kapitalisme, melelehkan kebrutalan imperialisme, dan membuat neoliberalisme menjadi abu.

Referensi:
– http://www.antara.co.id/view/?i=1178088506&c=EKB&s=, diakses pada tanggal 3 Juni 2009
– http://en.wikipedia.org/wiki/Education_in_Venezuela, diakses pada tanggal 3 Juni 2009
– Mark Weisbrot, Rebecca Ray dan Luis Sandoval, “The Chavez Administration at 10 Years: The Economy and Social Indicators”. Makalah CEPR. ( Washington DC , Februari 2009)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *