Oleh Jesus SA
Revolusi sosialis di Venezuela merupakan peristiwa politik yang spektakuler. Revolusi ini akan mengguncang dunia kapitalis dan akan menyebar dengan cepat dari tanah Amerika Latin menuju tanah-tanah yang lain. Lahirnya revolusi ini digerakkan oleh tampilnya kepeloporan Hugo Chavez dan didukung oleh kekuatan-kekuatan progresif dari kaum pekerja dan kaum muda militan. Tetapi perjalanan revolusi ini dengan program-program sosialisnya dihadapkan pada situasi yang berat. Musuh-musuh revolusi berdiri menghimpit tidak hanya dari satu arah. Musuh-musuh itu tidak hanya berasal dari kelompok sayap kanan, tetapi juga dari kaum kiri di Venezuela.
Tulisan ini bermaksud mengulas kembali dengan singkat perdebatan yang pernah terjadi diantara kaum kiri di Venezuela mengenai Revolusi Bolivarian. Tulisan ini juga menghadirkan pemikiran Trotsky, salah satu tokoh kunci dalam revolusi Rusia dan juga salah satu teoritikus terbaik Partai Bolshevik — mengenai revolusi.
Keberatan utama dari kaum kiri di Venezuela mengenai Revolusi Bolivarian bisa dirangkum dalam dua peratanyaan penting: apakah sudah saatnya revolusi terjadi di Venezuela? Dan bukankah Chavez berasal dari kelas borjuis?
Untuk menjawab keberatan yang pertama kita bisa masuk dalam tulisan Trotsky ”History of the Russian Revolution”. Dalam tulisan tersebut Trotsky menjelaskan bahwa revolusi adalah situasi dimana massa mulai membawa takdirnya ke dalam tangan mereka sendiri. Pandangan Trotsky tentang revolusi ini bisa memberi penjelasan yang masuk akal mengenai apakah revolusi Venezuela ”sudah saatnya terjadi?”
Menurut Trotsky, ciri utama dari sebuah revolusi adalah massa terlibat langsung dalam peristiwa-peristiwa historis. Dalam keadaan biasa, negara, baik yang menganut sistim monarki ataupun demokrasi, dibentuk oleh para ahli yang terlibat dalam jalur bisnis — para raja, menteri, birokrat, anggota parlemen, dan jurnalis. Tetapi dalam keadaan darurat, ketika kondisi sudah cukup matang, massa tidak bisa menahan lagi untuk menghancurkan seluruh rintangan dan mengeluarkan mereka dari arena politik, dan meletakkan dasar bagi sebuah rejim baru dengan keterlibatan langsung dari massa.
Dalam peristiwa politik di Venezuela, tampak sekali kesadaran massa dan partisipasi aktif mereka dalam politik. Dan ini merupakan hal yang paling menentukan dalam Revolusi Venezuela. Dalam keaadaan normal, massa tidak berpartisipasi aktif dalam politik. Kondisi kehidupan di bawah sistim kapitalisme segala duri yang berserakan di jalan tidak bisa disingkirkan. Hari-hari dari kehidupan kaum pekerja, baik fisik maupun mental, sudah sangat lelah. Akan tetapi, dalam situasi kritis, massa akan bangkit semangat revolusionernya dan akan merangsek dalam kancah sejarah. Mereka akan mengambil hidup dan takdirnya ke dalam tangan mereka sendiri dan mengubah sikap pasifnya dengan menjadi pelaku utama dalam proses sejarah. Dan situasi seperti inilah yang tengah terjadi di venezuela.
Sejak percobaan kudeta pada bulan April 2002, jutaan kaum buruh dan massa tertindas tengah bergerak, berjuang keras untuk mengubah masyarakatnya, membela Chavez dengan harapan akan membawa perubahan signifikan. Hal ini sering tidak dipahami oleh gerekan kiri di Venezuela sebagai dialektika sejarah. Mereka juga tidak memahami hubungan dialektik antara Chavez dan massa. Mereka menggunakan pemahaman yang formal dan mekanik mengenai revolusi. Mereka tidak memahaminya sebagai proses dari kehidupan, yang tidak beraturan dan penuh kontradiksi. Ini tidak sesuai dengan ”skema jadi” milik mereka mengenai bagaimana revolusi harus terjadi. Oleh karena itu, mereka menolak Revolusi Venezuela sebagai sesuatu yang harus terjadi.
Untuk memahami revolusi Venezuela, menggeledah peristiwa-peristiwa revolusi sebelumnya merupakan tindakan yang cerdas. Karena kita akan menemukan proses dan karakter yang berbeda-beda dalam revolusi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Trotsky, masih dalam buku yang sama, bahwa tahapan dalam proses revolusi akan berbeda-beda. Dinamika dalam peristiwa-peristiwa revolusioner tergantung secara langsung oleh kecepatan, intensitas, dan dinamika gairah dalam psikologi kelas-kelas, yang telah membentuknya sebelum revolusi.
Keberatan yang kedua, yakni ”bukankah Chavez berasal dari kelas borjuis?” merupakan cara berpikir yang simplistik. Mereka hanya melihatnya sebagai hitam atau putih, benar atau salah, ya atau tidak, borjuis atau proletar. Jika kita mengkaji dengan cara yang lebih sosiologis, latar belakang sosial Chavez bukanlah borjuis, tetapi dari kelas menengah. Berulangkali dia menyebut dirinya petani. Kelas menengah bukanlah kelas yang homogen. Di lapisan atasnya, seperti jabatan pengacara, dokter, profesor, memang berdiri dekat dengan kelas borjuis bahkan sering menjadi alat dari kepentingan borjuasi. Tetapi di lapisan bawahnya, seperti pemilik toko kecil, petani kecil, para intelektual miskin, berdiri dekat dengan kelas pekerja dan, dalam situasi tertentu, mereka akan mendukung dan terlibat dalam revolusi sosialis.
Originalitas kelas seorang pemimpin tidaklah mengindikasikan sifat kelas dari sebuah partai atau gerakan yang ia pimpin. Sifat kelas sebuah partai atau gerakan ditentukan oleh program, kebijakan, dan basis kelasnya.