By Rob Lyon
Senin, 20 Februari 2006
Dalam Bagian Empat ini kita akan melihat sebuah perjuangan untuk kontrol buruh yang sedang tumbuh di Venezuela. Perjuangan ini mengindikasikan bahwa kelas buruh Venezuela mulai mengintervensi secara aktif dalam revolusi Bolivarian dan telah membawa beberapa lapisan gerakan yang lebih maju pada sebuah kesimpulan bahwa transformasi masyarakat ke arah sosialisme merupakan satu-satunya langkah maju untuk revolusi Amerika Latin.
Kontrol Buruh dan Revolusi Venezuela
Dan ini membawa kita ke Venezuela. Apakah artinya ini bagi Revolusi Bolivarian dan gerakan cogestion? Apa yang terjadi di Venezuela menunjukkan bahwa kaum buruh mampu menjalankan industri. Benar kata pepatah: bos butuh pekerja, tetapi pekerja tidak butuh bos. Tentu saja, para teknisi, para ahli dan para spesialis sangat dibutuhkan, tetapi mereka harus ditempatkan di bawah kontrol buruh. Pengalaman para pekerja di PDVSA jelas menunjukkan ini. PDVSA bukanlah perusahaan kecil. Bahkan PDVSA adalah salah satu perusahaan terbesar di Amerika Latin dan menggunakan koordinasi berteknologi tinggi, dengan seperangkat komputer, satelit dan lain sebagainya.
Ini merupakan salah satu keuntungan yang dimiliki Venezuela dibandingkan Rusia pada tahun 1917. Perkembangan dan perluasan kapitalisme sejak Perang Dunia Kedua telah mendorong kokohnya proletariat dalam skala dunia. Kaum buruh hari ini memiliki pengetahuan yang jauh lebih baik dibandingkan pada tahun 1917. Mereka bekerja dengan mesin-mesin yang rumit, seperangkat komputer, satelit, dll, dan membutuhkan pendidikan yang relatif lebih tinggi. PDVSA menunjukkan bahwa kaum buruh bisa mengelola industri jauh lebih mudah dari pada di Rusia 1917.
Satu hal penting untuk diingat adalah bahwa gagasan mengenai cogestion dimasukkan dalam konstitusi Venezuela. Meskipun bentuk cogestion tidak selalu jelas, dan meskipun bahasa yang digunakan bisa membingungkan kita dan hukumnya juga tidak begitu jelas, hal ini tidaklah menjadi persoalan. Kontrol buruh bukan bagaimana hukum menetapkannya, tetapi bagaimana kaum buruh membentuknya. Sebagaimana yang telah Trotsky jelaskan, “Pada tahapan tertentu kaum buruh akan melepaskan kerangka hukum atau menghancurkannya, atau samasekali tidak menghiraukannya. Justru disinilah terdapat transisi menuju situasi revolusioner yang sejati.”
Ini jelas bahwa dengan cogestion kelas buruh di Venezuela mengartikannya sebagai kontrol dan manajemen buruh. Jika anda mengunjungi website ALCASA, sebuah pabrik pelebur aluminium, dimana co-management-nya yang sangat maju saat ini tengah berlangsung, anda bisa melihat sebuah poster yang dibuat oleh kaum buruh dengan slogan utama, “Kontrol Buruh” dan “Seluruh Kekuasaan untuk Kelas Buruh”.
Perjuangan untuk kontrol dan manajemen buruh menemukan permulaannya saat para bos menutup pabrik pada tahun 2002-2003. Para buruh di PDVSA, perusahaan minyak milik negara, mengambil alih instalasi-instalasinya dan menjalankannya sendiri, mengatasi sabotase yang diorganisir oleh para manajer. Para buruh CADAFE, perusahaan listrik negara yang menyuplai 60% listrik Venezuela, mengimplementasikan rencana-rencana darurat untuk mencegah sabotase yang dilakukan oleh para manajer reaksioner. Para buruh di perusahaan-perusahan ini secara efektif mencegah sabotase industri. Para buruh perusahaan minyak ini pada awalnya tidak menyangka bahwa mereka dapat menjalankan seluruh instalasi, tetapi segera menyadari bahwa mereka bisa menjalankannya. Mereka menyadari bahwa pihak manajemen seringkali berlibur atau tidak masuk kerja dan mereka telah menjalankan sendiri perusahaan tersebut sebelumnya.
Setelah lock-out berakhir, kontrol buruh menghilang di PDVSA. Namun, para buruh sadar bahwa perusahaan tersebut kembali berjalan di jalur kapitalis. Setelah lock-out tersebut, para buruh PDVSA mengadakan sejumlah diskusi mengenai isu kontrol buruh. Sebagai hasil dari pertemuan ini, Pedro Montilla dari gerakan buruh minyak La Jornada merancang proposal guna disahkannya co-management di PDVSA. Sayangnya, usulan ini tidak pernah disahkan. Akibatnya, ketegangan-ketegangan meningkat di industri minyak tersebut dimana para buruh menuntut implementasi kontrol buruh.
Ini beberapa tuntutan yang dibuat oleh buruh PDVSA:
- bahwa cogestion harus meliputi seluruh aspek dari ekstraksi, distribusi, produksi dan penyimpanan minyak, termasuk kontrol harga atas pembelian dan penjualan
- bahwa semua pembukuan harus terbuka bagi seluruh wakil-wakil di semua level yang telah dipilih oleh buruh
- bahwa cogestion harus dijalankan oleh seluruh buruh lewat wakil-wakil mereka di tiap-tiap perusahaan dan pabrik, dan mereka tidak akan berhenti bekerja dan diberi kesempatan untuk tugas-tugas manajemen
- setiap orang bertanggung jawab kepada dewan buruh, dan harus ketat menjaga tata tertib dan kedisiplinan dan juga mengamankan barang-barang
- laporan harus dibuat untuk dewan buruh secara berkala
- seluruh wakil harus tunduk pada ketentuan recall (proposal lengkap dalam bahasa Spanyol: http://venezuela.elmilitante.org/index.asp?id=muestra&id_art=93)
Atas dasar proposal ini para buruh perusahaan minyak tersebut juga membuat beberapa argumentasi sebagai berikut:
- Bahwa sabotase terhadap PDVSA tidak dapat dicegah tanpa kontrol buruh dan tanpa mengambil langkah-langkah di atas untuk memastikan akuntabilitas, disiplin, dan transparansi
- Presiden Chavez telah mengancam untuk menghentikan penjualan minyak ke Amerika Serikat. Jika ancaman ini terbukti, ini tidak akan terjadi tanpa kontrol buruh dari industri minyak karena pihak manajemen akan mencoba untuk menyabotase
Pada saat yang sama para buruh di CADAFE telah memulai berjuang untuk cogestion. Kaum buruh PDVSA dan CADAFE menyadari perbedaan antara kontrol buruh dan partisipasi buruh. Para buruh CADAFE juga menulis sejumlah usulan konkret untuk kontrol buruh. Para buruh marah karena beberapa tindakan dan langkah-langkah kecil telah diambil, tetapi kontrol buruh yang sejati belum diimplementasikan. Dari 5 anggota komite koordinasi, 2 posisi disediakan bagi anggota serikat buruh yang ditunjuk dan tidak bisa di recall. Presiden perusahaan tidak perlu arahan atau instruksi dari komite koordinasi tersebut. Dalam kasus ini adalah para manajer dalam perusahaan negara ini yang menolak tuntutan para buruh. Para manajer kedua perusahaan tersebut dan negara ingin membatasi kekuasaan buruh kepada masalah-masalah sekunder (di Valencia misalnya mereka memberikan kepada buruh hak-hak konsultasi penuh tentang dekorasi natal dalam gedung-gedung perusahaan!). Para buruh telah berjuang untuk setiap inci kontrol buruh, dan sekarang tengah melancarkan perjuangan untuk cogestion yang sejati.
Buruh di kedua industri ini sekarang menghadapi argumentasi lain dari pihak manajemen yang mengatakan bahwa tidak boleh ada partisipasi atau kontrol buruh dalam industri-industri strategis. Ini adalah lelucon. Buruh-buruh PDVSA-lah yang mengembalikan produksi selama lock-out yang dilakukan oleh para bos (pada 2002-2003), buruh-buruh aluminium dan baja di Guayana-lah yang berjuang untuk menguasai instalasi gas guna menjaga pasokan, dan buruh-buruh CADAFE-lah yang mempertahankan pasokan listrik ke negara dan mencegah sabotase industri dan ekonomi Venezuela secara keseluruhan. Argumentasi bahwa buruh tidak bisa dipercaya untuk mengontrol industri-industri penting dan strategis, seperti sebuah asap yang dibaliknya adalah serangan terhadap ide kontrol buruh. Akan tetapi, jika pemerintah Venezuela ingin memastikan produksi yang lancar dari industri-industri ini dan menghadang sabotase, mereka harus mempercayakan industri-industri tersebut kepada kaum buruh, seperti yang telah terbukti bahwa kaum buruh akan mempertahankan dan melindungi industri-industri ini dari sabotase para bos dan para manajer guna mempertahankan revolusi. Tetapi ada poin penting lain yang serupa dengan apa yang pernah Trotsky katakan mengenai tambang batubara di daerah Donets (Ukraina), bahwa jika PDVSA dibiarkan berada di tangan koperasi buruh, koperasi ini akan mengontrol minyak PDVSA dan bisa menyandera seluruh negara Venezuela. Kekuatan yang paling besar dalam masyarakat Venezuela akan ada di tangan manajer-manajer PDVSA, yang akan mengendalikan sekitar 70-80% ekonomi Venezuela. Jika apa yang sedang terjadi di Venepal juga terjadi di PDVSA, hal tersebut akan menjadi kenyataan. Kontrol dan manajemen buruh harus dijalankan di PDVSA, tetapi untuk memastikan bahwa kaum buruh secara keseluruhan mengontrol perekonomian secara demokratis, dan untuk memastikan demokrasi buruh secara umum, semua perusahaan besar, termasuk PDVSA, harus disatukan ke dalam suatu perencanaan ekonomi demokratis terpusat. Ini berarti bahwa dewan direksi PDVSA harus terdiri dari 1/3 dari buruh, 1/3 dari serikat buruh, dan 1/3 dari negara (atau beberapa variasi daripadanya).
Contoh yang bagus dari kontrol buruh adalah CADELA, anak perusahaan CADAFE di Merida yang dijalankan di bawah satu bentuk cogestion buruh. Beberapa minggu lalu terjadi longsor dan banjir serius yang memotong pasokan listrik ke masyarakat sekitar. Para ahli berpikir bahwa ini akan memakan waktu 2 bulan untuk mengembalikan pasokan listrik. Namun, komunitas-komunitas yang terorganisir melakukan kontak langsung dengan para pekerja dan membantu memperbaiki kerusakan. Dengan bekerja sama dan merencanakan perbaikan tersebut, dan setelah banyak lembur untuk kebaikan masyarakat, pasokan listrik dapat kembali dalam waktu 2 minggu.
Setelah kekalahan lock-out dari para bos, para bos di seluruh Venezuela menutup dan mengunci banyak perusahaan dan pabrik karena alasan politik dan bukan alasan ekonomi. Sekitar 250.000 hingga 500.000 orang telah kehilangan pekerjaan. Di sini anda bisa melihat bahwa kontrol buruh umumnya tidak terjadi karena masalah produksi, tetapi untuk mengamankan pekerjaan, masyarakat dan sebagainya.
Segera setelah lock-out dan penutupan pabrik yang meluas, para buruh mulai mengambil alih pabrik-pabrik dan tempat-tempat kerja. Perjuangan yang paling maju saat ini adalah Venepal. Kaum buruh mengambil alih pabrik dan ingin menjalankannya sebagai koperasi. Kaum buruh mampu menunjukkan keunggulan kontrol buruh. Di pabrik tersebut, ada satu mesin buatan Jerman. Mesin tersebut rusak dan perlu perbaikan. Pihak manajemen menolak untuk memperbaikinya karena ini memerlukan seorang insinyur yang harus diterbangkan dari Jerman guna memperbaikinya (demikian kata mereka). Ini membuat pabrik berjalan dengan kapasitas yang kurang. Setelah pihak manajemen meninggalkan pabrik dan para buruh menduduki pabrik, mereka berimprovisasi dan memperbaiki mesin tersebut dan mengembalikan produksi pabrik ke kapasitas penuh.
Kamerad-kamerad kita di CMR (Corriente Marxista Revolucionaria, seksi Tendensi Marxis Internasional di Venezuela) yang pertama kali mengajukan tuntutan untuk kontrol buruh dan nasionalisasi, dan kemudian ini diadopsi oleh para buruh. Pada tanggal 19 Januari tahun ini (2006) INVEPAL diekspropriasi dan Chavez mengumumkan bahwa perusahaan ini akan dijalankan di bawah kontrol buruh. Saat ini koperasi buruh memiliki 49% saham perusahaan dan negara 51%, guna menjamin karakter nasionalisasi INVEPAL. Kaum buruh memilih para direktur dan seorang menteri mengirim dua wakil untuk terlibat dalam pengalaman menjalankan pabrik bersama dengan buruh.
Namun, beberapa masalah muncul. Dewan buruh mengambil keputusan untuk membubarkan serikat buruh di sana dan sekarang ingin membeli saham pemerintah sehingga mereka dapat menjadi pemilik perusahaan tersebut dan mendapatkan semua laba yang dihasilkan dari produksi.
Pada awal tahun ini, Alexis Ornevo, anggota direktorat INVEPAL pada Pertemuan Internasional Solidaritas dengan Revolusi Venezuela, menyatakan bahwa buruh tidak lagi membutuhkan sebuah serikat karena sudah tidak ada bos di pabrik. Menurut konstitusi, melalui sebuah lubang di dalam konstitusi tersebut, koperasi buruh secara hukum dapat meningkatkan saham mereka dari 49% menjadi 95%. Ornevo secara terbuka telah menyatakan niatnya untuk melakukan hal ini. Kontradiksi seperti ini tak dapat dihindari. Kontrol buruh yang penuh dan sejati sangatlah diperlukan untuk mencegah terperosoknya kaum buruh ke jalan memperkaya diri sendiri
Angel Navas, presiden serikat buruh CADAFE khawatir bahwa perkembangan di INVEPAL akan menciptakan sebuah model cogestion sebagai koperasi kapitalis. Ia mengatakan:
“Sebagaimana yang telah kita lihat dalam presentasi INVEPAL kemarin, mereka memiliki beberapa masalah, mereka tampak sedang berpikir seperti para manajer. Sesuai dengan apa yang yang telah kita dengar kemarin, mereka ingin memiliki semua saham perusahaan. 800 buruh akan menjadi pemilik perusahaan. Dan jika perusahaan ini untung, apakah buruh-buruh ini akan menjadi kaya? Ini adalah sebuah perusahaan yang harus menjadi milik seluruh bangsa; perusahaan saya tidak boleh hanya menjadi milik buruh. Jika kita memperoleh laba, laba ini adalah milik seluruh populasi. Ini merupakan suatu tanggung jawab yang kita semua miliki – buruh-buruh industri minyak, yang menghasilkan laba terbesar: bagaimana kita mendistribusikan laba ini ke seluruh negeri? Keuntungan ini bukan untuk saya. Tidak masuk akal kalau karena saya bekerja di industri minyak, misalnya, saya dapat memperoleh 90 juta bolivar sedangkan upah minimum adalah 4 juta Bolivar.”
Bandingkan dengan Yugoslavia, di mana kaum buruh merasa bahwa mereka memiliki pabrik dan bersaing di pasar. Sekali lagi, ini merupakan masalah utama dimana ketidaksetaraan gaji terjadi di Yugoslavia. Beberapa buruh cukup beruntung karena mereka memiliki monopoli akses atas pekerjaan yang bagus, sementara buruh yang lainnya ditinggalkan begitu saja. Intinya adalah bahwa keuntungan dari perusahaan negara yang dinasionalisasi harus diambil oleh negara dan didistribusikan serta diinvestasikan kembali ke masyarakat secara keseluruhan, guna mengembangkan ekonomi dan membebaskannya dari kesenjangan. Inilah apa yang dimaksud dengan sosialisasi ekonomi. Jika produktivitas ditingkatkan, ada lebih banyak laba yang bisa didistribusikan kepada masyarakat, yang pada gilirannya menciptakan kekayaan sosial yang melimpah, membebaskan masyarakat dari kesenjangan. Di Yugoslavia pada saat itu, yang ada adalah sebuah sistem dimana laba dari tiap-tiap perusahaan disimpan secara individual, tidak disosialisasikan. Jika sekelompok direksi INVEPAL sekarang ini berhasil mengambil-alih mayoritas saham perusahaan guna memperkaya buruh-buruh INVEPAL, ini akan mempertentangkan sekelompok buruh dengan buruh yang lain dan memperlebar jurang kesenjangan. Ini juga bisa menciptakan pertentangan internal di INVEPAL untuk menguasai saham perusahaan. Jika para buruh di tiap-tiap industri atau di tiap-tiap perusahaan diizinkan untuk menguasai laba dari produksi, laba tersebut tidak akan didistribusikan kembali secara sosial, tetapi tetap menjdi milik pribadi yang merupakan inti dari ekonomi kapitalisme dan tidak akan mengarah pada pembangunan relasi-relasi sosialis dalam produksi.
Selanjutnya ada pabrik CNV, di mana kita juga memiliki sejumlah pengaruh. CNV telah dinasionalisasi pada bulan Mei dan ganti nama menjadi INVEVAL. Di sini kesulitan berasal bukan dari koperasi buruh tetapi dari pemerintah. Benar kalau mantan pemilik melancarkan sebuah tuntutan untuk diberikan kompensasi untuk ekspropriasi tersebut, tetapi masalah yang sebenarnya adalah bahwa ketika perusahaan tersebut dinasionalisasi Chavez mengatakan dengan sangat jelas bahwa para buruh harus memiliki mayoritas wakil-wakil di dewan direksi dan bahwa badan pemegang keputusan tertinggi adalah Majelis Buruh. Akan tetapi, ketika wakil-wakil dari Kementerian Ekonomi Rakyat membacakan proposal AD/RT perusahaan, tidak disebutkan partisipasi buruh sama sekali. Buruh lalu mengadakan pertemuan dan menolak usulan ini dan mulai memobilisasi tuntutan kontrol buruh. Mereka sekarang telah berhubungan dengan buruh-buruh di perusahaan-perusahaan lain di mana terdapat kontrol buruh dalam rangka menyebarkan perjuangan di luar INVEVAL. Kita akan kembali ke masalah ini di bawah. [1]
Pengalaman yang paling maju dari kontrol buruh tengah terjadi di ALCASA, sebuah pabrik aluminium besar milik negara. Sangatlah menakjubkan bila kita membaca materi mengenai cogestion di Venezuela. Perdebatan dan diskusi mengenai kontrol buruh dan sosialisme sudah sangat maju, dalam banyak hal bahkan lebih maju dibanding dengan Rusia pada tahun 1917, dan ini tanpa keberadaan sebuah Partai Bolshevik di Venezuela!
Para buruh di ALCASA benar-benar jelas mengenai apa arti cogestion. Edgar Caldera, salah satu pemimpin serikat buruh telah menulis sebagai berikut:
“Jika ada satu hal yang harus dipahami oleh para buruh dengan jelas adalah bahwa co-management kita tidak bisa menjadi senjata untuk memperdalam mode produksi kapitalis yang eksploitatif. Kita tidak boleh mengulang kisah sedih di Eropa, di mana sistem co-management digunakan untuk menghapus hak-hak para buruh dan hak-hak yang telah diperolehnya. Co-management yang telah kita mulai pelaksanaannya di ALCASA tidak ada kesamaannya dengan hal tersebut. Ini adalah emansipasi sejati dari kelas kita, yang didasarkan pada prinsip-prinsip revolusioner dari Marx, Rosa Luxemburg, Gramsci, dan Trotsky. Ini adalah menciptakan suatu model co-management dengan tujuan mentransformasi mode produksi kapitalis, yang didasarkan pada eksploitasi manusia oleh manusia, menjadi mode hubungan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip kerjasama, solidaritas, keadilan, kesetaraan, tanggung jawab bersama dan kesejahteraan bersama dari kaum buruh dan populasi secara umum.” (ALCASA: Cogestion, workers control and production, http://venezuela.elmilitante.org/index.asp?id=muestra&id_art=1999)
Dalam artikel lain ia menulis:
“Kaum buruh ALCASA sedang mendorong maju kontrol buruh dan kontrol komunitas, yang berdasarkan Majelis-Majelis Umum sebagai otoritas tertinggi … yang telah secara total mengubah struktur kekuasaan lama dan memberikan seluruh kekuasaan untuk kaum buruh dan komunitas … Di ALCASA kaum buruh memilih para manajer, yang digaji sama, dan dapat di-recall. Keputusan-keputusan penting dibuat oleh Majelis Buruh. Para manajer juga telah mengatakan mereka tidak akan berdiam diri di kantor, mereka akan terus bekerja.”
(ALCASA: bourgeois cogestion or workers cogestion, http://venezuela.elmilitante.org/index.asp?id=muestra&id_art=1917)
Trino Silva, salah satu dari pemimpin buruh lainnya mengatakan dalam sebuah wawancara::
“Para buruh harus memilih presiden ALCASA. Tetapi Dewan Direksi tidak boleh hanya terdiri dari buruh. Kami sedang berpikir mengenai sebuah badan direksi yang beranggotakan 14 orang: tujuh anggota inti, dan tujuh anggota cadangan. Dari tujuh anggota inti tersebut, empatnya adalah buruh ALCASA, yang dua wakil dari pemerintah (sehingga mereka bisa mengawasi apa yang sedang kita lakukan dengan perusahaan kita), dan yang satu lagi adalah perwakilan dari komunitas yang telah diorganisir.”
Ia lalu menambahkan:
“ALCASA bukan hanya milik buruh ALCASA, juga bukan hanya untuk Trina Silva dan buruh ALCASA, tetapi milik semua masyarakat. Oleh karena itu masyarakat publik punya hak untuk mengirim perwakilan ke Dewan Direksi; pertama untuk transparansi, dan kedua untuk memastikan bahwa ALCASA bermanfaat bagi semua rakyat.” (Aluminum Workers in Venezuela Choose Their Managers and Increase Production, interview by M. Harnecker, http://www.venezuelanalysis.com/articles.php?artno=1407)
Pengalaman di ALCASA dan partisipasi komunitas di dalam pengelolaan pabrik ini telah membawa mereka kepada gagasan-gagasan unggul lainnya, yang menunjukkan kekuatan dari kontrol buruh untuk merubah masyarakat. Tahun lalu ALCASA menghabiskan dana 24 miliar bolivar untuk pelayanan kesehatan bagi buruh di klinik-klinik swasta. Serikat buruh mengklaim memiliki beberapa tanah dekat dengan pabrik dan mereka akan memberikan tanah ini kepada negara untuk dibangun sebuah klinik publik untuk buruh ALCASA dan masyarakat sekitar. ALCASA dan beberapa perusahaan di daerah juga ikut menyumbang dan membangun sebuah dapur industri untuk buruh dan masyarakat. Ada sekitar 200 juru masak di daerah tersebut yang bisa mereka organisir dan dipekerjakan. Mereka juga ingin menghentikan monopoli transportasi di daerah tersebut. Mereka ingin membantu mendanai dan menciptakan sebuah sistem transportasi publik yang lebih baik, lebih nyaman, dan lebih terjangkau. Ini merupakan tindakan nyata dari kontrol buruh, demokrasi buruh, yang dapat menggantikan pasar sebagai regulator ekonomi. Kaum buruh bisa melihat dengan jelas apa yang perlu dilakukan, apa yang perlu ditingkatkan, dan bisa mengusulkan investasi di daerah-daerah ini. Jika pengalaman ini diikuti dalam skala nasional, dan kekayaan sosial tersedia untuk semua melalui ekonomi yang terencana secara demokratis, dengan mudah Venezuela dapat berkembang cepat.
Namun ada beberapa bahaya yang dihadapi ALCASA. ALCASA sebenarnya adalah perusahaan yang tengah merugi. Kaum reformis dan para birokrat dapat menggunakan kreativitas para buruh guna membuatnya menjadi perusahaan yang menghasilkan laba, dan kemudian mencoba mendepak kontrol buruh. Atau, jika ALCASA terus merugi, kaum reformis mungkin mencoba berargumentasi bahwa kontrol buruh tidak bisa bekerja secara efektif dan harus ditinggalkan; argumen ini adalah bagian dari serangan umum terhadap kelas buruh dan elemen-elemen kontrol buruh atau manajemen atas ekonomi yang mereka memiliki.
Saya berharap setiap orang di sini memiliki kesempatan untuk melihat artikel Jorge Martin yang terbit sekitar satu setengah minggu yang lalu mengenai pengambil-alihan pabrik yang terbengkelai. Jumlah total perusahaan yang terbengkelai yang sedang diinvestigasi di Venezuela adalah 1149. Ini merupakan tindakan yang direncanakan untuk mempertahankan pekerjaan, menghentikan sabotase dari para bos, dan menghentikan ketergantungan Venezuela pada impor. Jika negara menjalankan perusahaan-perusahaan ini di bawah kontrol buruh, mereka perlu menyediakan perusahaan-perusahaan ini sumber bahan baku. Perusahaan-perusahaan ini pada gilirannya akan menjual produk jadi. Hal ini akan memaksa dimulainya sebuah perencanaan ekonomi dan pada akhirnya memaksa Chavez untuk mempertimbangkan pengambil-alihan perusahaan milik kaum borjuis. Tuntutan ini kemungkinan besar akan datang dari kelas buruh sendiri. Kaum buruh akan mulai menanyakan beberapa pertanyaan: kenapa nasionalisasi terbatas pada pabrik-pabrik yang bangkrut atau sekarat? Kenapa negara cenderung menasionalisasi kerugian dan memprivatisasi laba? Agar perusahaan-perusahaan ini tidak keburu terbengkelai, perusahaan-perusahaan yang masih sehat harus segera dinasionalisasi, mereka harus menjadi bagian dari perencanaan umum produksi. Hal ini tidak akan mungkin terjadi selama bagian-bagian kunci dari ekonomi, seperti lembaga kredit dan perbankan, tetap berada di tangan swasta. Perusahaan-perusahaan yang telah dinasionalisasi ini akan berada di atas belas kasih kapitalisme, akan menghadapi sabotase, dan akan menghadapi penolakan dalam penjualan produk. Hal ini akan memaksa Chavez dan pemerintah untuk mengambil jalan ekspropriasi.
Artikel Jorge Martin juga menjelaskan bahwa bagi setiap pemilik perusahaan yang ingin tetap membuka perusahaannya, negara akan membantu mereka dengan kredit berbunga rendah, tetapi hanya dengan syarat “dimana para pemilik perusahaan memberikan partisipasi buruh dalam manajemen, pelaksanaan, dan keuntungan perusahaan.”
Di bawah kondisi normal, ini akan menjadi trik yang cerdas untuk melucuti kelas buruh. Namun di Venezuela sekarang, ini akan meningkatkan kepercayaan-diri para buruh dan mempertajam perjuangan kelas di pabrik-pabrik ini.
Kini, poin akhir yang ingin saya sampaikan mengenai Venezuela adalah pertemuan nasional buruh-buruh yang terlibat di dalam pengalaman-pengalaman kontrol buruh yang dilaksanakan pada tanggal 16-18 Juni. Ini melibatkan buruh INVEVAL, ALCASA, PDVSA dan beberapa perusahaan-perusahaan lainnya. Beberapa keputusan yang diambil adalah:
- Membangun Front Nasional Untuk Mempertahankan Co-Manajemen Revolusioner, perkembangan sosialis dari salam … di tingkat lokal dan negara.
- Mengkarakterisasikan cogestion kita sebagai gerakan yang akan mempengaruhi relasi-relasi kapitalis dan bergerak menuju kontrol buruh, kekuasaan dewan-dewan rakyat dan konstruksi negara sosialis.
- Front Nasional mengusulkan co-manajemen tenaga kerja, sosial, dan militer.
- Proposal-proposal untuk co-management revolusioner harus juga mengikutsertakan proposal bahwa perusahaan-perusahaan mesti menjadi milik Negara, tanpa ada pembagian saham dengan buruh, dan bahwa semua keuntungan akan dibagikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui dewan-dewan perencanaan sosialis. Dewan-dewan perencanaan sosialis ini harus dipahami sebagai badan yang melaksanakan keputusan yang diambil oleh rakyat di dalam majelis-majelis.
- Memperjuangkan, mempromosikan dan mensistematisasikan pendidikan sosial dan politik dan ideologi sosialis guna memperdalam Revolusi Bolivarian dengan membentuk posko-posko lokal, regional dan nasional dengan tujuan membangun Jaringan Nasional Pendidikan Sosial Politik Revolusioner.
- Membangun solidaritas dan menyebarkan revolusi ke seluruh Amerika Latin dan dunia.
- Merangkul kelas-jelas yang tersingkirkan, tereskploitasi, dan tertindas sebagai kelas sekutu dalam perjuangan untuk membangun sosialisme di abad ke-21.
Dari resolusi-resolusi ini sangat jelas bahwa cogestion atau co-management di Venezuela dilihat sebagai sebuah langkah menuju pembangunan masyarakat sosialis. Pertemuan nasional mengenai pengalaman kontrol buruh jelas merupakan sebuah langkah besar ke arah yang tepat. Ini membawa bersama-sama berbagai kelompok buruh yang berbeda-beda dan membawa mereka semua di bawah satu bandera, ini memberikan bentuk pada gerakan dan memberikan bentuk pada ideologi kaum buruh, yang, dengan tak terelakkan, bergerak ke arah sosialisme. Para buruh, melalui pengalaman mereka sendiri, telah mengambil kesimpulan bahwa kontrol buruh merupakan alat yang sangat kuat di tangan kelas buruh. Perjuangan untuk kontrol buruh secara langsung menolak kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, dan merupakan perjuangan untuk menciptakan masyarakat yang baru di dalam masyarakat yang lama. Transformasi masyarakat sosialis bergantung pada transformasi mode produksi, dan kontrol buruh dan manajemen buruh merupakan metode revolusioner dari kelas buruh untuk menjalankan transformasi ini dan menyerang jantung kapitalisme – dari dalam pabrik-pabrik dan tempat kerja. Inilah mengapa revolusi di Venezuela sedang bergerak ke arah sosialisme – karena bentuk perjuangan kelas buruh yang bertujuan untuk membela revolusi, pekerjaan, kehidupan, dan kepentingan-kepentingan mereka terjadi di dalam pabrik di mana mereka melawan musuh mereka, kapitalisme dan para bos, dalam bentuk pemogokan dan demonstrasi, dan juga dalam bentuk kontrol buruh dan manajemen buruh. Tujuan sosialis dari gerakan revolusioner lahir dari perjuangan ini, dan manajemen buruh meletakkan pondasi-pondasi untuk masyarakat yang baru.
Gerakan kontrol buruh sedang membawa kelas buruh pada satu kesimpulan: bahwa revolusi Bolivarian harus putus dengan kapitalisme. Kaum buruh melihat bahwa untuk mencapai tujuan mereka, Revolusi harus putus, secara radikal, dengan kapitalisme. Untuk memecahkan masalah-masalah seperti pengangguran, perumahan, pendidikan, dan produksi pangan, kita perlu menyusun dan merencanakan ekonomi berdasarkan pada kebutuhan mayoritas, bukan keuntungan bagi minoritas. Namun, kita tidak dapat merencanakan apa yang kita tidak kontrol, dan kita tidak dapat mengontrol apa yang bukan milik kita sendiri. Sepanjang tuas-tuas paling penting dari kekuatan ekonomi tetap berada di tangan para bos, mereka akan dapat mengorganisir sabotase, dan bahkan mungkin menumbangkan revolusi.
Kontrol dari satu atau beberapa pabrik, seperti di Spanyol 1936, atau di Chile pada awal tahun 1970-an, atau di Venezuela hari ini bukan berarti akhir dari kapitalisme. Tak dapat diabaikan, selama para kapitalis tetap mengendalikan keseluruhan ekonomi, kontrol buruh tidak dapat dipertahankan. Kontrol buruh merupakan sebuah langkah yang besar. Ini memberikan buruh pengalaman yang tak ternilai dalam administrasi yang merupakan esensi dalam ekonomi terencana sosialis. Namun, sekali lagi, sepanjang elemen-elemen kunci dari ekonomi tetap di tangan pribadi, sepanjang tidak ada nasionalisasi ekonomi terencana yang sejati, pengalaman kontrol buruh tidak akan memiliki karakter yang penuh dan memuaskan.
Sekali lagi, dimana kontrol buruh berkembang dari bawah, dari dalam pabrik-pabrik, manajemen buruh berkembang dari atas dan hanya signifikan dalam konteks ekonomi terencana sosialis, dengan menasionalisasi perusahaan-perusahaan monopoli. Ini berarti manajemen dari keseluruhan rencana ekonomi dijalankan oleh buruh, tidak hanya terbatas pada pabrik milik mereka sendiri atau ekonomi dalam skala lokal, tetapi juga membuat keputusan investasi secara umum dan merencanakan pertumbuhan ekonomi guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Kaum sosialis bukanlah sindikalis yang percaya bahwa kontrol atas industri-industri atau perusahaan-perusahaan individu oleh para buruh di dalamnya bisa menjamin jalannya industri tersebut secara harmonis tanpa manajemen ekonomi oleh buruh secara keseluruhan.
Ini juga berarti bahwa kepemilikan atas industri tidak bisa tetap berada di tangan kapitalis. Hanya kepemilikan publik atas monopoli-monopoli besar yang akan menjamin manajemen buruh dan kontrol buruh di tiap-tiap pabrik.
Dewan-dewan buruh ini harus melibatkan semua seksi dari kelas buruh termasuk penyewa rumah, ibu rumah tangga, mahasiswa dan para pensiunan serta organisasi-organisasi serikat buruh. Pemilihan-pemilihan para delegasi yang reguler, tunduk pada recall sewaktu-waktu, dan para pejabat terpilih yang memperoleh upah sama dengan seorang tenaga ahli akan melindungi kaum buruh dari tumbuhnya birokrasi yang dapat merebut kekuasaan.
Perjuangan untuk kontrol buruh harus bergerak maju, harus diperluas, dan harus dikaitkan dengan tuntutan untuk transformasi masyarakat sosialis. Kaum buruh di Venezuela sedang melakukan hal ini. Nasionalisasi harus diperluas ke bank-bank, sektor telekomunikasi, tanah dan pusat-pusat produksi pangan, dan ke industri-industri manufaktur dan industri berat. Kekuasaan ekonomi oligarki dan kaum imperialis harus dihancurkan. Kelas buruh Venezuela sedang mengalami transformasi secara massif dan sadar akan kekuatan dan tujuannya. Disilah letak harapan bagi Revolusi Bolivarian. Keberhasilan perluasan kontrol buruh dan pembangunan sosialisme di Venezuela akan tersebar ke seluruh benua. Ini akan memberikan harapan dan keyakinan kepada kaum buruh di Bolivia, Argentina, Brasil, Meksiko, dan Kuba. Revolusi Amerika Latin akan menjadi sumber inspirasi bagi seluruh dunia.
Saya akan mengakhirinya di sini dengan kata-kata Hugo Chavez: “Sebuah Revolusi merupakan suatu proses di mana model dan gagasan-gagasan yang baru lahir, sedangkan gagasan-gagasan yang lama mati, dan dalam Revolusi Bolivarian, kapitalisme akan dihapuskan!”
(1) Konflik ini telah diselesaikan melalui kompromi jalan tengah. Para dewan direksi akan dibentuk dari tiga anggota yang ditunjuk oleh pemerintah dan dua oleh koperasi buruh. Tetapi Chavez bersikeras bahwa direktur utama yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pemimpin utama dari perjuangan buruh.
Diterjemahkan oleh Syaiful dari “Workers’ Control and Nationalization – Part Four”, Rob Lyon, 20 Februari 2006.