Hands Off Venezuela – Indonesia Mendukung Aksi Front Pembebasan Nasional (FPN)

Oleh Jesus S. Anam

Hands Off Venezuela – Indonesia

Jakarta, 21 Mei 2008

Lagu Internationale mengalun berulangkali, mengiringi resah ribuan kaum buruh dan miskin kota yang tergabung dalam Front Pembebasan Nasional (FPN) dalam aksi menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM. FPN menuntut pemerintah agar menggagalkan kenaikan harga BBM, menurunkan harga bahan-bahan pokok, dan mengambil alih perusahaan-perusahaan Migas dari tangan kaum modal dibawah kontrol rakyat. FPN juga mengutuk pemerintahan SBY-JK sebagai antek kaum modal yang menghabiskan kekayaan alam negeri ini hingga terjadi krisis energi.

Merdeka memang tidak mudah. Sudah enam puluh tiga tahun merdeka dan sudah sepuluh tahun pula lepas dari otoritarianisme Soeharto, ternyata tidak cukup berarti bagi rakyat. Rakyat tetap miskin dan sengsara. Rakyat tetap menjadi gelandangan di negeri sendiri. Rencana pemerintah menaikkan harga BBM hingga 30 % nanti merupakan bukti bahwa rakyat di negeri yang kaya ini belum merdeka, karena masih hidup dibawah penjajahan. Dan penjajahan kali ini lebih mengerikan dari sebelumnya: penjajahan kaum modal.

Alasan pemerintah menaikkan harga BBM karena Beban Anggaran Negara megalami defisit oleh sebab kenaikan harga minyak dunia sangatlah lucu. Defisit Anggaran Negara lebih disebabkan pembayaran hutang luar negeri yang besarnya bisa mencapai 150 trilyun rupiah per tahun. Selain itu, domonasi modal asing atas perusahaan-perusahaan minyak dan gas di Indonesia yang menjadi penyebab utama kebangkrutan negeri ini. Hasil minyak Indonesia oleh mereka (kaum modal) dijual di pasar internasioanal. Penjualan ke dalam negeri dibatasi hanya 25 % x (15 % x total produksi), dan pemerintah Indonesia harus membeli dengan harga internasional (itupun) setelah selama 60 bulan Modal Internasioanal dibebaskan menjual semua hasil produksinya ke pasar internasional.

Sekalipun Indonesia memiliki sedikitnya 329 blok/sumber minyak dan gas dengan lahan seluas 95 juta hektar, dengan cadangan minyak yang diperkirakan mencapai 300 milyar barel, dan produksi minyak mentah mencapai 1 juta barel perhari atau 159 juta liter per hari, sangatlah tidak berarti dan tidak berpengaruh bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Hal ini seharusnya tidak terjadi jika Minyak Mentah Indonesia bisa diolah sendiri sehingga tidak perlu mengolahnya di luar negeri dan dikembalikan lagi oleh para pemilik modal, para pedagang minyak, ke Indonesia dengan harga tinggi.

Kenyataan yang sudah parah ini perlu diatasi dengan membangun kekuatan-kekuatan politik ditingkat basis rakyat, terutama kaum buruh dan miskin kota, dengan agenda merebut kekuasaan yang berada di tangan politik elit; membangun kepemimpinan revolusioner yang berasal dari rakyat dan membangun barisan garda depan yang solid. Selain itu, melandaskan perjuangan pada ideologi yang revolusioner, progresif dan mapan adalah agenda yang terpenting guna mewujudkan cita-cita revolusi. Keberanian dan keberhasilan Castro di Kuba, Hugo Chavez di Venezuela, dan Evo Morales di Bolivia tidaklah lepas dari kekuatan ideologi yang menyertainya. Keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai Venezuela misalnya — kedaulatan politik dan ekonomi, partisipasi rakyat grassroot dalam politik via pemilihan umum dan referendum, kemandirian secara ekonomi, semangat patriotisme, distribusi hasil kekayaan minyak yang merata, dan penghapusan korupsi — merupakan kesatuan yang kuat dari kepemimpinan revolusioner, garda depan yang solid, kesadaran politik rakyat, dan ideologi revolusioner progresif yang menyertainya. PSUV (Partai Persatuan Sosialis Venezuela), partai yang dibangun Chavez bersama rakyat, tidak hanya mengadopsi dari Simon Bolivar, Miranda, Ezequiel Zamora, tetapi juga dari Marx, Engels, Lenin, dan Trotsky.

Aliansi organ-organ kiri yang tergabung dalam Front Pembebasan Nasional secara eksplisit telah sepakat bahwa sosialisme adalah satu-satunya jalan menuju revolusi Indonesia. Massa dari Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP) yang banyak membentangkan spanduk bertuliskan “Sosialisme”. Hands Off Venezuela – Indonesia dan FPN akan terus bekerjasama dalam politik guna mewujudkan cita-cita revolusi Indonesia. HOV – Indonesia akan menyodorkan fakta-fakta obyektif yang terjadi di Venezuela untuk didiskusikan bersama dan mengambil bagian-bagian yang paling relevan untuk konteks Indonesia.

Revolusi sosialis memang tidak bisa bertahan lama atau sulit diwujudkan jika berjalan sendiri. Kerjasama dan komunikasi intensif antara gerakan di tingkat internasional ataupun kawasan perlu dibangun. Membangun kerjasama gerakan-gerakan di Indonesia dengan gerakan-gerakan di Amerika Latin, atau dengan negara-negara di tingkat ASEAN perlu segera dilakukan, dan HOV – Indonesia akan mencoba memfasilitasi hingga tercapainya kerjasama ini.

One thought on “Hands Off Venezuela – Indonesia Mendukung Aksi Front Pembebasan Nasional (FPN)”

  1. dengan kekayaan alam yang sangat melimpah ruah tidak realistis jika pemerintah beralasan kenaikan harga BBM dikarenakan berkurangnya persediaan cadangan minyak.
    yang sebenarnya terjadi adalah kenaikan harga BBM dikarenakan para pemilik modal ingin mendsapatkan keuntungan yang lebih besar lagi dari hasil eksploitasi kekayaan a;lam di indonesia. dan pemerintah sekarang ini hanya mengiyakan apa yang dikatakan oleh para kapitalis, karena mereka yang sekarang duduk sebagai wakil rakyat bukanlah wakil rakyat yang sesungguhnya, tapi mereka adalah wakil / kaki tangan dari para kapitalis internasional.
    melihat kondisi yang seperti ini cuma ada satu kata yaitu “LAWAN!!!” dan cuma ada satu jalan keluarnya yaitu “SOSIALISME”
    “HASTA LA VICTORIA SIEMPRE”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *