Oleh Jorge Martin (In Defence of Marxism, www.marxist.com)
Kamis, 26 April 2007
Dalam acara TV mingguannya Alo Presidente, yang ditayangkan pada hari Minggu, 22 April dari Urachiche di propinsi Yaracuy, presiden Chavez menganjurkan kepada semua rakyat Venezuela untuk membaca dan mempelajari tulisan-tulisan Leon Trotsky, dan memberikan komentar yang positif kepada Program Transisional, yang ditulis oleh Trotsky untuk kongres pembentukan Internasional Ke-empat pada tahun 1938.
Merespon telepon dari seorang pendengar acara Alo Presidente, Ramon Gonzalez, Chavez menjelaskan bahwa dia baru saja membaca pamphlet Program Transisional yang diberikan kepadanya oleh Menteri Buruh dan Jaminan Sosial, Jose Ramon Rivero. Menteri ini adalah seorang mantan aktivis buruh dari Bolivar yang memberitahukan Chavez bahwa dia adalah seorang Trotksis saat Chavez berniat untuk mengangkat dia sebagai Menteri Buruh.
“Saya tidak dapat disebut sebagai seorang Trotskis, tidak, tetapi saya bertendensi ke Trotsky karena saya sangat menghargai pemikiran-pemikiran Leon Trotsky, dan semakin saya menghormati dia semakin saya mengerti dia. Teori revolusi permanen, contohnya, adalah sebuah tesis yang sangatlah penting. Kita harus membacanya, kita harus mempelajarinya, kita semua, tidak ada seorangpun disini yang dapat berpikir bahwa dia sudah mengetahuinya”, Chavez menekankan.
Chavez menggarisbawahi ide Trotsky bahwa kondisi-kondisi untuk sosialisme sudahlah matang dan mengatakan bahwa ini adalah sangat benar di Venezuela. “Leon Trotsky, di dalam pamphlet yang tidak saya bawa sekarang, saya ingin membawanya tetapi saya lupa. Saya membacanya pagi hari ini, ini adalah teori transisi, sebuah buku yang tipis, tidak lebih dari 30, 40 halaman, tetapi buku ini mempunyai berat seperti emas, Leon Trotsky benar-benar seorang penulis yang memberikan inspirasi. Kemudian dia mengatakan, ketika kamu berbicara Ramon, Rafael Ramon Gonzalez dari Valera, dia mengatakan di dalam teleponnya bahwa di Venezuela kondisi-kondisi sudah tersedia untuk kita menjadi sebuah negara, tetapi sebuah negara sosialis, negara sosialis yang makmur, maju secara sosialis, karena saat kita berbicara mengenai perkembangan kita harus berhati-hati. Venezuela akan menjadi negara yang maju! Kita harus hati-hati, karena masalahnya adalah bukan untuk mengkopi model dari Utara (baca Amerika Serikat – catatan penerjemah), model tersebut menghancurkan dunia, temanku, oleh sebabnya saya menggunakan kosakata ini yang baru saja saya pikirkan: maju secara sosialis, maju di dalam lingkungan hidup”, Chavez berkata.
Presiden Chavez mengatakan bahwa dia terkesima oleh pernyataan Trotsky bahwa di Eropa dan negara-negara lain, kondisi-kondisi untuk revolusi proletar bukan hanya sudah matang tetapi sudah mulai membusuk.
“Trotsky di pamphlet ini, yang ditulis di antara dua perang, setelah Perang Dunia Pertama, dan dengan Perang Dunia Kedua yang hampir meledak, pada tahun 1930an, … Tahun berapa Trotsky dibunuh? Tidak ada yang ingat? Baiklah, ini adalah pekerjaan rumah untuk kalian semua yang hadir. Kemudian dia mengatakan, Rafael, bahwa kondisi-kondisi, menurut kriteria dia saat itu, di Eropa dan di negara-negara maju di Utara, kondisi untuk revolusi proletar bukan hanya sudah matang, tetapi sudah mulai membusuk, karena apa yang matang dapat juga menjadi busuk, ini benar terjadi, ini dapat terjadi. Pernyataan ini memberikan kesan yang sangat kuat kepada saya, Maria Cristina [Menteri Industri Kecil dan Perdagangan], karena saya sebelumnya tidak pernah membacanya, ini berarti bahwa kondisi-kondisi tersebut mungkin sudah tersedia, tetapi bila kita tidak melihat mereka, bila kita tidak mengerti mereka, bila kita tidak mampu mengambil kesempatan tersebut, mereka akan mulai membusuk, seperti halnya hasil-hasil bumi yang lain, mangga, dll”
Dan kemudian Chavez juga merujuk pada tesis utama Program Transisional-nya Trotsky, ketika dia menjelaskan bahwa “krisis umat manusia tereduksi ke krisis kepemimpinan revolusioner.”
“Kemudian”, lanjut Chavez, “Trotsky menunjukkan satu hal yang sangatlah penting, dan dia mengatakan bahwa [kondisi-kondisi untuk revolusi proletar] sudah mulai membusuk, bukan karena kaum buruh, tetapi karena kepemimpinan yang tidak melihat hal tersebut, yang tidak tahu, yang penakut, yang bertekuk lutut di bawah perintah kapitalisme, di bawah perintah demokrasi borjuis, mereka adalah serikat-serikat buruh. Mereka teradaptasi dengan sistem kapitalisme, partai-partai Komunis yang besar, Komintern (Komunis Internasional) teradaptasi dengan sistem kapitalisme, dan kemudian tidak ada seorangpun yang bisa meraih kesempatan (dari kondisi revolusi yang sudah matang), karena absennya sebuah kepemimpinan, sebuah kepemimpinan yang pandai, berani, dan tepat untuk mengorientasikan gerakan ofensif massa di dalam kondisi-kondisi tersebut. Dan kemudian Perang Dunia Kedua tiba dan kita tahu apa yang terjadi, dan setelah Perang Dunia Kedua, dan kemudian abad ke-20 diakhiri dengan jatuhnya Uni Soviet dan jatuhnya apa yang dikira sebagai satu-satunya sosialisme yang ‘nyata’.
Ini sangatlah jauh berbeda dengan mereka yang berargumen bahwa sosialisme tidak akan bisa hadir di Venezuela karena tingkat kesadaran kaum buruh “belumlah cukup tinggi”. Dan, walaupun ini adalah mengejutkan, bahkan ada orang-orang di Venezuela yang berargumen seperti itu. Kata-kata Chavez juga merupakan sebuah serangan terhadap pemimpin-pemimpin Partai Komunis Venezuela (PKV) yang menolak untuk bergabung dengan Partai Persatuan Sosialis yang baru (PSUV). Para pemimpin PKV, sebuah partai yang mempunyai banyak kelas pekerja militan yang jujur dan berani, sudah memainkan sebuah peran yang menyedihkan selama Revolusi Bolivarian. Daripada menjadi sebuah partai pelopor, yang berargumen bahwa sosialisme adalah satu-satunya jalan ke depan, mereka malah berargumen sebaliknya. Pada tahun-tahun pertama revolusi, mereka berargumen dengan keras bahwa revolusi Venezuela hanyalah berada di “tingkatan anti-imperialis dan demokratik” dan bahwa sosialisme tidak ada di agenda revolusi. Hanya ketika Chavez berbicara mengenai sosialisme, baru PKV berani menggunakan kata sosialisme. Dan bahkan sampai sekarang, mereka masih bersih keras bahwa “tahapan” sekarang adalah tahapan “pembebasan nasional”, suatu tahapan yang menuntut sebuah “aliansi kelas dan lapisan sosial dari banyak pihak, termasuk kelas borjuis non-monopoli”!!! (dari Tesis Kongres XIII, 2007)
Semenjak Chavez mulai berbicara mengenai sosialisme pada bulan Januari 2005, ini sudah menjadi topik perdebatan utama di seluruh pelosok Venezuela. Pernyataan Chavez bahwa di bawah kapitalisme tidak ada solusi untuk masalah-masalah masyarakat dan bahwa sosialisme merupakan jalan ke depan merepresentasikan sebuah langkah maju yang besar di dalam perkembangan politiknya. Dia memulai politiknya dengan berusaha melakukan reformasi terhadap sistem kapitalisme dan untuk memberikan kepada kaum miskin Venezuela pelayanan kesehatan dan pendidikan yang layak dan tanah, dan dia menjadi sadar melalui pengalamannya sendiri dan melalui bacaannya bahwa ini tidaklah mungkin dilakukan di bawah kapitalisme.
Akan tetapi, seketika setelah dia berujar mengenai sosialisme, kaum reformis, birokrat, dan penyusup konter-revolusioner di dalam gerakan Bolivarian menjadi panik. Mereka tidak dapat secara terbuka dan secara publik menentang Chavez karena ucapan-ucapannya berhubungan dengan perasaan dan aspirasi massa. Sebaliknya, mereka mencoba untuk mengencerkan apa yang dia ucapkan. Yang terkemuka di dalam usaha ini adalah Heinz Dieterich yang sudah mencoba untuk mengembangkan sebuah “teori” justifikasi yang bertentangan dengan sosialisme, tetapi membalut “teori” tersebut dengan jubah “Sosialisme Abad ke-21”. Secara umum, dia berargumen bahwa sosialisme tidaklah berarti penyitaan alat-alat produksi, sebaliknya sosialisme adalah sistem ekonomi gabungan. Dalam kata lain, bagi Dieterich, sosialisme sebenarnya merupakan … kapitalisme. Seperti seorang tukang sulap, Dieterich berpikir bahwa dia dapat mengambil pernyataan Chavez tentang sosialisme, memasukkannya ke dalam sebuah topi, dan menarik keluar seekor kelinci kapitalisme.
Akan tetapi, Chavez sangatlah jelas akan apa yang ada di dalam benaknya. Beberapa bulan belakangan ini, dia semakin menjadi tidak sabar dengan taktik ulur-waktu para birokrat dan konter-revolusioner di dalam gerakan Bolivarian. Chavez sudahlah sangat jelas saat dia berbicara mengenai membangun sosialisme, yang dia maksud adalah membangun sosialisme sekarang juga, bukan di masa depan yang akan datang. Di dalam komentarnya mengenai Trotsky, dia menekankan:
“Disini kondisi-kondisi untuk revolusi sudahlah tersedia, saya pikir pemikiran Trotsky ini sangatlah berguna di dalam zaman sekarang ini, disini kondisi-kondisi untuk revolusi sudahlah tersedia, di Venezuela dan Amerika Latin, saya tidak akan berkomentar mengenai Eropa sekarang, ataupun Asia, disana realitasnya berbeda, ritmenya berbeda, dinamikanya berbeda, tetapi di Amerika Latin kondisi-kondisi untuk revolusi sudahlah tersedia, dan di Venezeula masalahnya adalah untuk mejalankan revolusi yang sejati”.
Ini sangatlah berbeda dengan kaum reformis dan Stalinis, yang bahkan di dalam kondisi Venezuela sekarang ini, masih berpendapat bahwa kondisi di Venezuela belumlah matang untuk revolusi!
Sekali lagi, pemilihan presiden bulan Desember 2006 merupakan belokan ke kiri di dalam revolusi Bolivarian. Sayap kanan gerakan Bolivarian semakin khawatir akan apa yang terjadi, dengan Chavez berbicara mengenai Trotskisme pada saat acara penyumpahan anggota Kabinet baru, dan Chavez semakin bergerak ke kiri. Garis perperangan sudahlah ditarik dan perpecahan-perpecahan di dalam gerakan Bolivarian sudah terbuka secara umum dan ini tergambarkan di dalam polemik mengenai pembentukan partai baru (PSUV, Partido Socialista Unido de Venezuela, Partai Persatuan Sosialis Venezuela).
Chavez sangatlah sadar mengenai hal tersebut dan di dalam pertemuan pertama dengan pendukung-pendukung Partai Persatuan Sosialis yang baru ini, pada tanggal 24 Maret, dia menjelaskan “ketika revolusi ini semakin mendalam, semakin berkembang, kontradiksi-kontradiksi ini akan keluar dengan terbuka, bahkan beberapa kontradiksi yang sampai sekarang masih tertutupi, mereka akan menjadi semakin kuat, karena kita berhadapan dengan isu ekonomi, dan tidak ada yang menyakiti seorang kapitalis lebih daripada dompetnya”.
Figur-figur pemimpin beberapa partai Bolivarian (terutama PODEMOS dan PPT, juga PKV) sudah menolak untuk bergabung dengan Partai Persatuan Sosialis yang baru ini. Alasannya sangatlah jelas, mereka takut akan partai baru ini, mereka takut akan nafas massa revolusioner di belakang leher mereka, mereka takut akan semua pembicaraan mengenai sosialisme. Di dalam pertemuan baru-baru ini pada tanggal 19 April, dimana 16000 pendukung PSUV disumpah, Chavez secara terbuka menyerang sejumlah gubernur-gubernur PODEMOS. “Menurut saya, dia telah membuka topengnya dan bergabung dengan pihak oposisi” kata Chavez mengenai Ramon Martinez, gubernur Sucre dari partai PODEMOS. Menanggapi pernyataan Martinez bahwa dia mendukung “demokratik sosialisme”, Chavez membalas bahwa masalahnya adalah “saya adalah seorang sosialis dan dia adalah seorang sosial-demokrat”, dan dia menambahkan, “saya mendukung sosialisme revolusioner”.
Dalam berbicara mengenai perlunya sebuah kepemimpinan revolusioner, Chavez juga mengutip dari Lenin:
“Mengenai kepemimpinan, inilah mengapa saya sangat bersihkeras mengenai pentingnya sebuah partai, karena kita tidak mempunyai sebuah kepemimpinan revolusioner yang dapat menjalankan tugas-tugas yang diperlukan sekarang ini, sebuah kepemimpinan yang bersatu, berorientasi dalam strategi, tersatukan, seperti yang dikatakan Vladimir Ilyich Lenin, sebuah organisasi yang mampu menyatukan jutaan hasrat menjadi satu hasrat tunggal [1], ini sangatlah penting untuk melaksanakan sebuah revolusi, kalau tidak revolusi akan gagal, seperti sungai yang meluap, seperti sungai Yaracuy yang kehilangan arusnya dan menjadi rawa saat mencapai Laut Karibia.”
Pemikiran politik Chavez senada dengan dan merefleksikan kesimpulan-kesimpulan yang diraih oleh puluhan ribu aktivis revolusioner di Venezuela, di pabrik-pabrik, di komunitas-komunitas, di pedesaan. Mereka semakin tidak sabar dan menginginkan revolusi ini untuk meraih kemenangan mutlak.
Sanitarios Maracay
Kejadian baru-baru ini dimana sejumlah buruh Sanitarios Maracay ditangkap dan dipukuli ketika mereka sedang menuju Caracas untuk menghadiri sebuah demonstrasi untuk membela kontrol buruh (workers’ control) dan penyitaan pabrik menggambarkan secara singkat kontradiksi-kontradiksi dan bahaya-bahaya yang dihadapi oleh revolusi Venezuela. Para buruh Sanitarios Maracay telah menduduki pabrik tersebut dan telah berproduksi di bawah kontrol buruh selama hampir 5 bulan, dan menuntut penyitaan pabrik di bawah kontrol pekerja. Mereka telah mengorganisir komite pabrik untuk menjalankan perusahaan tersebut dan mengorganisir perjuangan mereka. Ini jelas merupakan aplikasi praktis dari apa yang Trotksy bicarakan di dalam Program Transisional:
“Mogok kerja duduk (okupasi), … , melewati batas-batas prosedur kapitalis yang “normal”. Terpisah dari tuntutan-tuntutan pemogok kerja, penyitaan pabrik-pabrik secara sementara ini memberikan pukulan terhadap kepemilikan kapitalis. Setiap mogok kerja duduk secara praktis mendorong ke depan pertanyaan siapakah bos pabrik tersebut: kaum kapitalis atau kaum buruh? Bila mogok kerja duduk mendorong pertanyaan tersebut secara tak teratur, komite pabrik memberikan pertanyaan tersebut sebuah ekspresi yang terorganisir. Dipilih oleh semua karyawan pabrik, komite pabrik ini menciptakan sebuah kekuatan untuk melawan pihak administratsi.”
Inilah yang terjadi di Sanitarios Maracay dan intervensi dari kamerad CMR (Corriente Marxista Revolucionaria, Arus Marxis Revolusioner, sebuah organisasi Marxis di Venezuela yang merupakan bagian dari International Marxist Tendency – catatan penerjemah) melalui Front Okupasi Pabrik Revolusioner (FRETECO) membantu buruh Sanitarios Maracay untuk mengambil kesimpulan akhir dari pengalaman mereka. Berbeda dengan argumen beberapa pemimpin serikat buruh sayap kiri, peran serikat-serikat buruh di saat-saat revolusioner bukan hanya untuk perjuangan sehari-hari dalam menuntut gaji dan kondisi kerja yang lebih baik, tetapi untuk mengangkat pekerja ke ide pengambilan kekuasaan. Seperti yang Trotsky jelaskan di Program Transisional: “Serikat buruh bukanlah akhir; mereka hanyalah alat di dalam jalan menuju revolusi proletar.”, dan dia menambahkan, “di saat periode kebangkitan gerakan buruh yang luar biasa … adalah perlu untuk membentuk organisasi ad hoc, yang mencakup seluruh massa yang sedang berjuang: komite-komite mogok kerja, komite-komite pabrik, dan akhirnya, soviet-soviet.”
Bila pemimpin-pemimpin serikat buruh melaksakan sebuah kampanye okupasi pabrik yang serius dimana buruh-buruh menuntut para bos “untuk membuka pembukuan mereka” (salah satu tuntutan dari Program Transisional) dan kemudian menuntut penyitaan pabrik di bawah kontrol buruh, maka masalah pengambilan kekuasaan oleh buruh akan terdorong ke depan secara otomatis. Inilah yang sudah diperdebatkan oleh CMR di Venezuela, bertentangan dengan mereka yang meletakkan di tengah-tengah program mereka masalah pemilihan di dalam UNT (Union Nacional de Trabajadores, Serikat Buruh Nasional Venezuela).
Di pihak yang lain, penangkapan dan penindasan terhadap buruh Sanitarios Maracay mengangkat satu isu lainnya yang sangat penting, yang juga dibicarakan oleh Trotsky di Program Transisional di dalam kondisi di Eropa pada tahun 1930an: mengenai masalah mempersenjatai kaum buruh dan tani. Di Venezuela, kita mempunyai sebuah situasi dimana aparatus negara yang lama, walaupun sudah lemah, masihlah utuh. Gubernur Aragua (seorang konter-revolusioner yang menyamar sebagai seorang Bolivarian) mampu menggunakan polisi untuk menyerang buruh Sanitarios Maracay, dan Tentara Nasional bertindak di pihak polisi.
Ini menggarisbawahi satu poin yang selalu ditekankan oleh kaum Marxis: buruh tidak dapat mengambil alat negara yang sudah jadi dan menggunakannya untuk kepentingan mereka. Di Venezuela, masalah mempersenjatai kaum buruh dan tani dan membentuk milisi rakyat (yang dibicarakan di Program Transisional) adalah masalah yang krusial, dan ini dapat dilaksanakan dengan cukup mudah. Bila kaum buruh bergabung dengan pasukan cadangan dan tentara teritorial, secara terorganisir pabrik demi pabrik, ini akan sangat membantu dalam pembentukan milisi rakyat di bawah kontrol buruh.
Tugas Yang Akan Datang.
Di atas semua ini, insiden Sanitarios Maracay menunjukkan betapa bahayanya situasi sekarang ini. Kekuatan konter-revolusi semakin khawatir akan arah revolusi yang ke kiri. Mereka mensabotase semua pengalaman kontrol buruh (termasuk menggunakan taktik ulur-waktu untuk membuat bangkrut pabrik Inveval yang juga di bawah kontrol buruh). Beberapa bulan terakhir ini, mereka juga sudah mencoba kembali mensabotase ekonomi dengan cara menciptakan situasi kelangkaan bahan makanan pokok, dan sekarang mereka bersiap-siap untuk memobilisasi massa di jalanan sekitar tanggal 27 Mei saat ijin penyiaran RCTV (stasiun TV pihak oposisi yang berpartisipasi di dalam kudeta bulan April 2002) tidak akan diperbarui.
Jalan maju ke depan adalah dengan menyita hak milik kaum oligarki dan membangun negara revolusioner yang baru yang berdasarkan komite-komite pabrik dan komunitas. Untuk melaksanakan hal tersebut, dibutuhkan sebuah partai revolusioner dan sebuah kepemimpinan revolusioner. Inilah mengapa semua kaum revolusioner haruslah mengambil bagian di dalam Partai Persatuan Sosialis yang baru itu, menemani massa di dalam pengalaman mereka dan mengangkat ide-idenya Trotsky, ide-ide Marxisme, yang menyediakan pedoman yang paling akurat untuk kemenangan mutlak revolusi. Inilah yang sedang dilaksanakan oleh kamerad dari CMR dan kami mengajak semua kaum sosialis revolusioner yang sejati untuk bergabung dengan mereka.
Diterjemahkan oleh Ted Sprague (22 Mei 2007) dari “Chavez recommends the study of Trotsky, praises The Transitional Programme” karya Jorge Martin (26 April 2007).